Jumat, 22 November 2024

Egosentris dan Teosentris

Oleh Ev Panogari Panggabean SH, M.Si
Redaksi - Minggu, 25 April 2021 12:06 WIB
1.444 view
Egosentris dan Teosentris
Istimewa
Ilustrasi 

Sesungguhnya Elohim Yahweh menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya dan menyenangkan hati-Nya. Namun Dia tidak memaksa siapa pun untuk mengabdi pada-Nya. Buktinya, Elohim memberi kehendak bebas kepada setiap orang.

Sebelum jatuh ke dalam dosa, Adam dan Hawa, dipercaya untuk mengelola bumi (Kejadian 1:27-29). Mereka hidup tak bercacat cela atau hidup sepikiran dan seperasaan dengan Elohim. Itulah rancangan semula Elohim Yahweh atas manusia.

Namun dalam perjalanan hidup manusia tersebut, masuk pihak keempat merusak kehidupan Adam dan Hawa. Pihak ke-empat atau Iblis berhasil menggoda Hawa, mengakibatkan Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Elohim dalam hidupnya.

Karena demikian besar kasih Elohim kepada manusia, Elohim mengirim Adam kedua yakni Yeshua HaMashiakh (Yesus Kristus) untuk menebus dosa seluruh umat manusia melalui kematian-Nya di kayu salib (Yohanes 3:16).

Manusia yang ditebus yang menyatakan dirinya pengikut dan murid Yeshua, mestinya hidup meneladani Dia. Orang yang berguru dan belajar kepada orang yang diakuinya sebagai guru, wajib meneladani gurunya, menerima ajarannya,
menerapkan dan mempraktikkannya di dalam hidupnya. Orang Kristen pun semestinya demikian, menerima ajaran Guru-Nya, menerapkannya dan mempraktikkannya di dalam hidupnya. Itulah yang disebut Kristen sejati. Kristen itu artinya seperti Kristus. Maka hidup seorang Kristen itu mestinya mencerminkan hidup Sang Guru yaitu Yeshua. Itulah sebabnya menjadi Kristen itu tidak mudah. Menjadi Kristen tidak cukup sekedar rajin ke gereja, ikut persekutuan doa, memberi persembahan dan bahkan rajin doa pujian dan penyembahan. Hidup menjadi Kristen haruslah benar-benar bergaya hidup seperti Yeshua, dimana pun dan kapan pun dan menjadikan Dia teladan hidupnya. Kalau belum demikian, itulah target yang harus dicapai dan diperjuangkan setiap waktu yakni menjadi seperti Yeshua.

Untuk hidup menjadi Kristen dan seperti Yeshua pasti tidak mudah. Butuh perjuangan untuk itu. Dalam perjuangan itu pasti muncul berbagai halangan, hambatan dan gangguan, baik dari diri sendiri maupun dari luar, terutama Iblis yang tidak pernah menginginkan seorang manusia pun hidup sebagaimana Yeshua hidup. Sebab jika setiap orang berhasil hidup seperti Yeshua hidup, akan menyenangkan hati Elohim dan sebaliknya itu akan menjadi pukulan besar bagi Iblis, karena orang tersebut kelak akan menjadi saksi di pengadilan Kristus, untuk membuktikan kesalahan Iblis.

Fakor utama yang menjadi penghalang orang bisa hidup seperti Kristus adalah dirinya sendiri. Iblis adalah faktor kedua. Di dalam diri seseorang terdapat ego dan berkembang menjadi egosentris yakni segalanya dikehendakinya dari sudut pandangnya saja, keinginannya saja, segalanya dipusatkan pada keinginan dirinya. Di dalam diri manusia lama yang berdosa itu ada “monster-monster” yang eksis dan hidup, ingin menguasai diri manusia secara permanen dengan berbagai cara (baca Galatia 5:19-21 dan Kolose 3:5-9).

Sepanjang ego manusia masih terpelihara di dalam dirinya, maka “monster-monster” tersebut akan tetap hidup. Ia sangat pintar dan cerdas menguasai dan menipu manusia yang dihuninya. Misalnya ia akan mengajak manusia yang didiaminya untuk permisif setiap kali melakukan dosa, baik dalam bentuk fisik maupun di dalam pikiran. Bahasanya kurang lebih begini:”Tidak apa-apa, hanya sekali ini saja!”. Dan hal itu terus berulang. Contoh orang yang masih memiliki “monster” adalah orang yang mudah tesinggung, mudah marah, selalu minta dihargai, minta dihormati, merasa lebih berkuasa dan berbagai hal lainnya. Termasuk di dalamnya orang yang tak suka dinasehati, dikritik. Ironisnya, terkadang orang tak menyadari kalau ada “monster” yang masih menguasai dirinya.

Tidak ada cara lain untuk mengatasi ”monster” tersebut, kecuali memulainya dengan pertobatan (Matius 4:17) dan berjuang hidup sempurna dan kudus (Matius 5:48 dan 1 Petrus 1:16). Dengan demikian semua yang dikatakan diperbuat dan dipikirkan selalu sesuai dengan pikiran dan perasaan-Nya (Filipi 2:5).

Orang yang telah memulai tahapan-tahapan tersebut di atas, berarti hidupnya mulai dipusatkan kepada Tuhan (teosentris).

Orang yang mulai mengarahkan hidupnya kepada Tuhan, dia akan menyadari dirinya masih dikuasai “monster-monster” jahat. Dia akan membunuh dan menyingkirkan satu persatu “monster-monster” tersebut, sambil terus memusatkan hidupnya kepada Tuhan di bawah bimbingan Roh Kudus. Inilah manusia ideal yang diinginkan oleh Elohim Yahweh.

Manusia yang melakukan kehendak-Nya. Manusia yang dikembalikan ke rancangan semula, manusia yang bersedia pikul salib dan menyangkal diri.

Jika tidak demikian, manusia yang egosentris akan tetap hidup dengan “monster”-nya dan orang yang egosentris, biasanya tak peduli terhadap orang lain. Orang yang egosentris ini sangat pintar untuk berkamuflase, seolah-olah dia baik, padahal dia masih dikuasai manusia lamanya. Belum lagi Iblis ikut berperan di dalamnya, tersamar dengan rapi. Dampak egosentris tak hanya bisa merusak hubungan seseorang dengan Tuhannya, juga dengan sesama. Dampak terburuknya adalah membuat seseorang jauh dari Tuhan dan berakhir pada kebinasaan di neraka. Basmilah egosentrismu, basmilah “monster”-mu, sebelum dia mencelakaimu. Waspadalah! (d)

Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru