Peraih Grammy Award 2020, Mariah Carey menceritakan tentang pengalaman pertamanya bersama Tuhan. Kejadian ini terjadi di masa kecil ketika kondisi keluarganya penuh konflik.
Penyanyi berdarah campuran Afrika-Amerika inipun menuturkan bahwa pengalaman itu terjadi ketika bersama dengan bibinya Nana Reese. Saat itu, Carey mengaku jika sang bibi menyampaikan sesuatu yang membuatnya merasakan aliran Roh Kudus dalam tubuhnya.
“Dia berkata, ‘Jangan takut dengan semua masalah yang kamu lihat, semua impian dan visimu akan terjadi. Ingatlah itu.’ Saat dia berkata demikian, ada aliran hangat dan penuh kasih yang memenuhi tangan dan kakiku, dengan lembut mengalir ke tubuhku dan naik ke atas kepalaku,†ungkap Carey lewat buku memoir pribadinya berjudul The Meaning of Mariah Carey.
Dia percaya jika apa yang dialaminya saat itu adalah momen dijamah oleh Roh Kudus.
“Setelah melalui kehancuran, jalan setapak dibersihkan. Aku tahu ada terang, dan entah bagaimana aku tahu bahwa terang itu adalah milikku dan itu kekal,†ungkapnya mengenang dirinya yang dulu dihantui rasa takut menyaksikan perkelahian antara ayah dan kakaknya.
Dia juga menceritakan tentang pengalaman kurang menyenangkan yang dialami ketika masa kanak-kanak. Ada banyak hal dalam keluarga yang mengganggu hidupnya. Meski begitu, dia bersyukur bisa mengalami Tuhan melalui bibinya, Nana Reese yang merupakan seorang pendeta di sebuah gereja di Harlem.
Di dalam buku tersebut, Carey juga menulis beberapa lirik lagunya. Salah satunya adalah ‘Anytime You Need A Friend’ yang merupakan lagu ungkapan keyakinannya bahwa Tuhan adalah penyelamatnya.
“Aku menulis lagu itu sambil berpikir apa yang akan Tuhan sampaikan kepada kita saat diserang ketakutan,†katanya.
Walaupun sudah mengenal Tuhan sejak dari usia yang sangat muda. Bukan berarti hidup Carey baik-baik saja. Setelah meraih ketenaran sebagai penyanyi, dia berkali-kali gagal dalam hubungan. Bahkan pernikahan pertamanya dengan Tommy Mottola dianggap sebagai sebuah kesalahan.
Hingga sekitar tahun 2002, dia bertemu dengan seorang pendeta dan mendapatkan bimbingan rohani. Waktu itu Carey menjalani pemulihan emosional dan spiritual.
“Saya bahkan dibaptis ulang di sana. Saya belajar Alkitab, mengikutinya secara intensif selama tiga tahun. Kami membahas Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Aku mencatat dan memasukkan kata-kata pemulihan,†ungkapnya.
Di kelilingi oleh orang-orang beriman membuat Carey semakin dekat dengan Tuhan. Sekalipun orangtua dan saudaranya sama sekali tidak percaya Tuhan, dia tetap memilih untuk mencari Tuhan.
“Punya keluarga (rohani) membuatku kembali ke dalam terang. Tak satupun dari keluarga biologisku mengerti apa artinya percaya Tuhan. Tapi aku harus kembali…Tuhan adalah satu-satunya jalan keluar dari neraka,†katanya.
Dia pun mengakhiri bukunya dengan kutipan Matius 17: 20, “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.â€
“Di tengah badai besar, aku diberi sebuah visi tentang visi Tuhan. Aku percaya dengan keberadaanku, apa yang harus aku lakukan dan siapa aku, jauh sebelum orang lain melakukannya dan berpegang pada semua keyakinan yang aku punya…Baik di akhir dan di awal, semua ini hanya tentang iman. Aku tidak bisa mendefinisikannya, tapi imanlah yang mendefinisikan siapa aku,†ungkapnya.
Siapapun yang sudah pernah mengalami perjumpaan dengan Tuhan pasti akan mengalami transformasi hidup. Dan hal itu harusnya bisa jadi kesaksian yang bisa kita bagikan kepada orang lain. (Christianpost/Jb.com/d)
Sumber
: Hariansib.com edisi cetak