Simalungun (SIB)
Pendeta GKPS Resort Sondiraya, Pdt Arifin Saragih STh mengutarakan, konsekuensi dosa adalah kematian. Dalam Alkitab disebutkan upah dosa ialah maut, tetapi kasih karunia Allah adalah kehidupan kekal dalam Yesus Kristus Tuhan kita.
"Manusia menuai konsekuensi perbuatan. Dalam Alkitab di Galatia 6:7-8 dikatakan "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu," tutur Pdt Arifin di Pamatangraya, Kamis (28/1).
Ia juga menyatakan, jangan menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Sungguh kita menuai apa yang kita tabur.
Kadang-kadang akibatnya dengan segera kelihatan setelah perbuatan kita, seperti kalau kita mendapat nilai yang baik karena telah belajar dengan tekun atau terjatuh dan melukai kaki kita, karena kita tidak hati-hati di jalan.
Di waktu yang lain, mungkin kita tidak menerima akibat dari perbuatan kita secara langsung, contohnya seperti sulitnya mendapat pekerjaan yang berpenghasilan tinggi, karena mungkin kita dulu tidak sungguh-sungguh belajar saat masih sekolah atau kuliah. Atau kita hidup dengan sehat dan bugar, karena kita makan makanan sehat dan rajin berolahraga.
Tetap kerjakan kebaikan dan hal-hal positif yang lain karena kita tidak boleh terkecoh dengan hal yang sementara dan tidak kelihatan, dengan mengira bahwa tindakan-tindakan kita tidak menghasilkan apa-apa. Jangan kita berpikir dapat melakukan sesuatu dan tidak perlu mempertanggung-jawabkannya, seakan-akan kita tidak harus bertanggungung-jawab atas perbuatan kita.
"Karena kita manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan Tuhan untuk saling bergantung satu sama lain. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia memang lekat untuk dapat bersikap dengan bermoral. Bermoral dalam bermasyarakat, apalagi jika kita hidup di lingkungan yang teguh memegang nilai-nilai keagamaan, maka moral masyarakat kadang berasal dari serapan moral yang diajarkan agama," urainya.
Dalam dunia orang pengikut Kristus, diyakini dapat berbuat baik. Berbuat baik tidak hanya menguntungkan diri sendiri, namun dapat memberikan energi baik bagi siapapun di sekitar kita. Dari apa yang sudah dipelajari dari kecil, bahwa tujuan untuk berbuat baik ialah untuk mendapatkan tempat di surga nanti.
"Hidup bermoral akan mengarahkan kita menjadi dapat berbuat baik karena kita sudah merasakan kasih-Nya terlebih dahulu," ujarnya.
Ia menilai norma adalah pegangan atau pedoman, aturan, tolak ukur. Sedangkan norma moral ialah terkait dengan kebebasan dan tugas, keadaan lingkungan hidup dan tingkah laku moral.
Norma moral berfungsi mengingatkan kita untuk melakukan kebaikan demi diri-sendiri dan sesama, sehingga meminta kita untuk memperhatikan kemungkinan-kemungkinan baru dalam hidup ini. Bila kita menghayati pengajaran ini, maka kita akan bertindak bijaksana, memperhatikan dan berhati-hati tentang apa yang kita kerjakan hari ini. Alasan bertindak hati-hati pertama-tama bukan karena takut akan akibat yang menimpa kita, melainkan kesadaran dan ketaatan bahwa kita adalah umat Allah yang harus selalu mengerjakan hal yang baik dan yang berkenan kepada Allah," pungkasnya. (S05/d)
Sumber
: Hariansib edisi cetak