Sejarah dinilai sebagai makna hidup. Pada sisi lain, sejarah juga disebut momentum. Dari segi Ilmu Pengetahuan, sejarah disebut sebagai “Guru Terbaikâ€. Sejarah bisa memberi kearifan bagi setiap orang berguru kepadanya. Sejarah merupakan buku dokumentasi catatan suka-duka, gelak dan air mata, kepedihan dan kesukaan, kemudahan dan kesukaran. Sebagai fakta, sejarah tidak bisa dimanipulasi, tidak bisa dibohongi, bahkan tidak bisa direkayasa. Memahami makna di atas, ketika memasuki momentum Ulang Tahun ke-87 usia HKI (1927-2014), sejarah perjalanan dan proses pertumbuhan HKI akan saya paparkan secara singkat dalam tulisan ini.
HKI yang ada sekarang, baik Jemaat, Resort, Daerah dan Pusat adalah merupakan kesinambungan dari apa yang dimulai 01 Mei 1927, dibenahi hingga penggantian namanya dari HChB (Huria Christen Batak) menjadi HKI (Huria Kristen Indonesia) tanggal 16-17 November 1946, diusahakan hingga diakui oleh seluruh dunia sampai Gereja ini berumur 50 tahun (1977). Lalu HKI dikonsolidasi dan dibenahi hingga tahun 2010 (83 tahun). Tiga tahun belakangan ini (Tahapan pertama dari periode 2010-2015) merupakan usaha mengembangkannya menuju usianya yang ke 100 tahun (2027). Pengembangan bertitik tolak dari keadaan yang sebelumnya. Pengembangan merupakan pengakuan akan banyaknya hal-hal baik yang diwariskan para pendahulu kepada para pelayan yang sekarang, dan sekaligus merupakan tekad untuk membuat semakin lebih baik lagi apa yang sudah baik itu, dan memaksimalkannya demi pewujudan suatu Gereja yang kuat iman, missioner, modern dan berdedikasi sebagai abdi Kristus (sebagaimana visi HKI yang diputuskan pada sinode ke-56 tahun 2003 di Seminarium HKBP Sipoholon-Tarutung.
HKI adalah Gereja yang berbadan hukum yang diakui dan disahkan Pemerintah Republik Indonesia sebagai organisasi Gerejawi di Indonesia dengan Besluit Nomor Dd/pdak/137/68 tanggal 01 Januari 1968. Kemudian pengakuan itu diperbaharui dengan surat keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan Departemen Agama Nomor 178 tahun 1991. Sejak tahun 1946 hingga saat ini, HKI berkantor Pusat di Jalan Melanthon Siregar No.111 Pematangsiantar, Sumatera Utara-Indonesia. HKI diterima menjadi anggota DGI (PGI) tanggal 29 Oktober 1967 di Makassar (Ujung Pandang), dan salah satu Gereja anggota di CCA, LWF, WCC, UEM serta memiliki hubungan baik dengan Gereja-gereja di Indonesia juga Gereja-gereja Mancanegara seperti, ELCA (Amerika), LCA (Australia), Gereja Reinland dan Wesfalia. Secara khusus HKI menjalin hubungan Partnership dengan Gereja Kirchen Kreis HAMM Jerman.
Dalam usianya yang ke-87 tahun, di bawah kepemimpinan Pdt Dr Langsung Sitorus MTh (Ephorus) dan Pdt Manjalo Pahala Hutabarat STh MM (Sekretaris Jenderal), HKI sudah tersebar di Sumatera, Batam, Jawa, Bali dan Kalimantan. Warga jemaatnya kurang lebih 387.751 jiwa yang tersebar di 777 Jemaat (Gereja), 157 Resort dan 12 Daerah/Distrik, yang dilayani 197 Pendeta (167 Pendeta Laki-laki dan 30 Pendeta Perempuan), 74 orang Guru Jemaat penuh waktu (Full Timer) dan 679 orang Guru Jemaat paruh waktu (Part Timer), 8 orang Bibelvrouw, 4 orang Diakones, Penatua diperkirakan lebih kurang 4.000 orang, Calon Pendeta 22 orang, Calon Bibelvrouw 2 orang, Calon Diakones 3 orang dan Guru Sekolah Minggu 2.000 orang lebih.
Ada empat pokok yang harus sekaligus dikembangkan di HKI dalam periode 2010-2015 yaitu : Marturia (Kesaksian), Koinonia (Persekutuan), Diakonia (Pelayanan) dan Didaskalia (Pendidikan). Tahun Pertama dalam periode ini (2011) dibuat menjadi Pencanangan Pengembangan HKI, sekaligus menyebut tahun 2011 sebagai Tahun Pengembangan HKI dengan Thema : “Bertumbuh di dalam segala hal ke arah Kristus†(Efesus 4:15-16). Tahun 2012, difokuskan untuk pengembangan ibadah, dengan thema : "Beribadahlah kepada Tuhan dengan sorak-sorai†(Mazmur 100:2). Tahun 2013 difokuskan untuk Pengembangan Penatalayanan, dengan Thema : “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya†(Pengkh. 3:11). Tahun 2014 dicanangkan menjadi Tahun Pengembangan Pastoral, dengan Thema : “Gembalakanlah domba-dombaku†(Yohanes 21:15-17). Diharapkan bahwa kepedulian semua pelayan HKI untuk menggembalakan umat Tuhan semakin meningkat dan berbuah banyak. Sementara tahun 2015 mendatang, direncanakan fokus untuk Pengembangan Pendidikan (Didaskalia). Thema yang diusulkan adalah Matius 28:20a : “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamuâ€.
Perubahan sistem pemilihan Pucuk Pimpinan HKI tahun 2015. Pemilihan Pucuk Pimpinan HKI dengan sistem undi sudah merupakan keputusan sinode ke-60 (Sinode Kerja) tahun 2013 dan akan diterapkan/dilaksanakan pada sinode ke-61 (Sinode Periode) Agustus 2015 mendatang. Sistem undi (Manjomput na Sinurat) merupakan pilihan utama HKI dalam menetapkan Pucuk Pimpinannya dengan mengharapkan campur tangan Tuhan, sehingga pada proses pemilihan tersebut terhindar dari berbagai hal yang berpotensi konflik. Untuk menyusun teknis pelaksanaannya, secara khusus Rapat Konven Pendeta HKI dan rapat Majelis Pusat HKI pada Maret 2014 yang baru lalu di Medan telah menyusun langkah-langkah akibat dari perubahan dari sistem pemilihan Pucuk Pimpinan dimaksud. Setelah Rapat Konven Pendeta Maret 2015 nanti, pendaftaran dan pendataan Bakal Calon Ephorus dan Sekretaris Jenderal segera akan dimulai oleh tim seleksi yang diangkat oleh Pucuk Pimpinan bersama dengan Majelis Pusat HKI.
Renovasi pembangunan gedung Gereja yang pertama (Gereja mula-mula) di Batu Opat Pematangsiantar. HKI akan merenovasi Gedung Rumah Ibadah yang pertama (Jemaat mula-mula) di Pantoan Batu Opat Pematangsiantar, juga akan memperbaiki makam F.P. Sutan Malu Panggabean, membangun perpustakaan/taman bacaan dan membangun sebuah Museum HKI, dengan harapan bahwa semua bangunan dan tempat itu akan menjadi tujuan wisata rohani setidaknya bagi warga HKI dan para simpatisannya. Renovasi dan pembangunan itu direncanakan akan dimulai Mei 2014. Puji Tuhan, pemerintah kota Pematangsiantar di bawah kepemimpinan Wali Kota Hulman Sitorus SE dan Sekda Donver Panggabean MSi sangat mendukung program dimaksud.
Itu terbukti dari kesediaan beliau ikut dalam kepanitiaan sebagai Pelindung dan Ketua Umum Panitia. Juga yang sangat kita syukuri Pomparan Guru Mangaloksa (PGM) yang ada di Indonesia bahkan di dunia sangat merespon program HKI ini mengingat pendiri HChB (HKI) yang pertama adalah bermarga Panggabean, yaitu Pdt Freederick P Sutan Malu Panggabean. Biaya pembangunan untuk semuanya itu diperkirakan sebanyak Rp 2 miliar. Dana yang besar ini bisa menjadi ringan dan cepat terkumpul apabila setiap Jemaat, Parhalado HKI rela dan ikhlas mendukung program Panitia dengan gerakan kupon Rp 5.000 (lima ribu rupiah/jiwa), pembelian Stiker dengan harga Rp 10.000 (Sepuluh ribu rupiah) serta penjualan buklet yang berisi sejarah singkat Pendeta FP Sutan Malu Panggabean. Selamat Ulang Tahun HKI ke-87. Tuhan Yesus memberkati.
(f)