Jakarta (SIB)
Presiden Joko Widodo mengatakan perang antara Rusia dan Ukraina bisa menyebabkan krisis seluruh negara di dunia.
Padahal, saat ini negara-negara dunia baru saja mulai pulih setelah pandemi Covid-19.
"Kelihatannya perang Ukraina jauh dari kita, tapi dampaknya semua negara mengalami, belum pulih dari pandemi, ekonomi, muncul perang [Rusia dengan Ukraina]," ujar Jokowi saat pembukaan rapat kerja nasional (Rakernas) V kelompok relawan Projo, Sabtu (21/5).
Ia mengatakan saat ini ada dua hal yang tengah mengalami kenaikan di seluruh dunia, yaitu energi macam BBM, gas, dan listrik serta pangan. Jokowi mencontohkan harga gandum di Eropa dan Amerika sudan naik lebih dari 30 persen.
Jokowi pun menuturkan pemerintah berupaya untuk menahan kenaikan BBM, khususnya jenis pertalite dengan memberikan subsidi dari APBN.
"Masalahnya adalah tahannya kita sampai kapan? Kalau perangnya tidak rampung-rampung," ucapnya.
Hemat dan Menabung
Jokowi juga meminta masyarakat untuk menabung untuk mengantisipasi keadaan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
"Saya minta seluruh rakyat, seluruh masyarakat kecil menabung, berhemat, sehingga apabila ada keadaan-keadaan tertentu, yang kita prediksi itu masih punya cadangan, rakyat punya cadangan, negara juga punya cadangan," kata Jokowi.
Kepala negara mengungkapkan, ketidakpastian global sulit untuk diprediksi. Ditambah perang Rusia-Ukraina yang berimbas ke mana-mana.
"Semuanya sulit dihitung karena ketidakpastian global terus-menerus terjadi," ucap mantan Wali Kota Solo itu.
Jokowi menyebut, setelah dihantam dua tahun pandemi lantas muncul persoalan perang di Rusia-Ukraina. Menurutnya dampak dari perang itu tidak bisa diremehkan.
"Harus saya sampaikan apa adanya semua negara sekarang ini tidak mudah, negara kita juga sama tidak gampang menghadapi persoalan ini," ujar dia.
Ungkap
Jokowi juga mengungkapkan alasan di balik kenaikan harga minyak goreng lokal. Ia mengatakan melambungnya harga minyak internasional berdampak pada harga di dalam negeri.
"Karena harga internasional tinggi, semua negara mengikuti ketarik ke sana. Karena harga minyak goreng di Eropa, di Amerika naiknya tinggi, harga di dalam negeri ketarik," kata Jokowi.
Jokowi menuturkan, setelah mencoba berbagai kebijakan untuk menjaga harga di dalam negeri tetap stabil, pemerintah memutuskan menyetop ekspor bahan baku minyak goreng atau crude palm oil (CPO) serta produk minyak goreng sejak 28 April.
Namun, dia mengatakan kebijakan itu juga bukan hal yang mudah. Menurutnya, keputusan itu berdampak ke berbagai hal, seperti membebankan jutaan petani sawit dan merosotnya pemasukan negara dari hasil pajak penjualan sawit.
"Selain urusan petani pekerja di sawit, juga urusan income negara. Pajak dari sawit, bea ekspor dari sawit, bea keluar dari sawit, PMBP dari sawit, itu gede sekali, kurang lebih 60 sampai 70 triliun, besar sekali. Padahal APBN sangat membutuhkan penerimaan negara," jelasnya.
Namun, Jokowi mengklaim kunci atau solusi permasalahan minyak goreng telah ditemukan. Karena itu, dia mengatakan dalam waktu satu hingga dua minggu ke depan diharapkan harga minyak goreng curah di pasaran akan berada di angka Rp14 ribu.
Dalam kesempatan itu, Jokowi pun membandingkan harga minyak goreng dalam negeri dengan negara lain.
Ia mencontohkan, di Jerman harga minyak goreng Rp47 per liter, di Singapura Rp41 ribu per liter, dan di Amerika Serikat Rp45 ribu per liter. Sementara itu, menurutnya, harga minyak goreng curah di Indonesia bisa didapatkan dengan harga Rp14 ribu per liter.
Cek Harga Minyak Goreng
Di hari yang sama Presiden Jokowi bersama Ibu Iriana meninjau langsung harga minyak goreng curah di Pasar Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5).
Setibanya di pasar, Jokowi langsung menanyakan harga minyak goreng curah kepada Titin Suryani, seorang pedagang pemilik kios sembako di pasat tersebut.
"Ini berapa harganya, Bu?" tanya Jokowi kepada Titin, dikutip dari siaran pers.
“Kalau 1 liter Rp 14.500, 1 kilo Rp 15.000,†jawab Titin.
Selain mengecek harga sembako, Jokowi berbelanja rempah dan sayur-mayur, seperti cabai merah, bawang, wortel, pare, dan kunyit.
Jokowi juga membeli kerupuk dan bakul yang terbuat dari anyaman bambu.
"Dikasih Rp 100.000, padahal harga (bakulnya) Rp 15.000," ucap Almisih, pedagang bakul yang senang karena barang dagangannya dibeli Jokowi.
Setelah berkeliling pasar serta menyapa para pedagang dan pembeli, Jokowi bersama Ibu Iriana membagikan bantuan langsung kepada para penerima manfaat.
Dalam kunjungan di Pasar Muntilan, Jokowi dan Ibu Iriana didampingi oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. (CNNI/Merdeka/Kps/a)