Presiden Jokowi kembali menerbitkan kebijakan baru terkait penanganan Covid-19 yang disatukan dengan pemulihan ekonomi nasional di bawah satu komando. Tim itu dipimpin Menteri BUMN Erick Thohir sebagai ketua, membawahi Satgas Penanganan Covid-19 diketuai Doni Monardo dan Satgas Perekonomian diketuai Wamen BUMN Budi Gunadi Sadikin.
Satu hal yang menggembirakan, khususnya bagi kalangan media massa adalah pernyataan Erick Thohir yang meminta bantuan media massa. Bahkan akan meningkatkan kerjasama dengan media massa di 8 propinsi, termasuk di Sumatera Utara.
Sebagai menteri yang berasal dari pengusaha, kelihatannya Erick Thohir sangat merasakan peran media massa dalam keberhasilan usahanya. Sehingga dinilai sangat bijak merangkul media massa untuk memberhasilkan penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi ini, khususnya dalam sosialisasi.
Presiden Jokowi juga pasti sangat merasakan pentingnya peran media massa, sehingga harus memilih orang yang mengerti dan care dengan pers dan media massa untuk menangani Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Sehingga pilihan kepada Erick Thohir untuk memimpin tim sudah tepat. Hal ini terbukti dari respon dan pernyataan Erick Thohir yang akan melibatkan media massa. Apalagi sebagai Menteri BUMN, dia juga bisa menggerakkan BUMN yang tersebar di berbagai provinsi untuk membantu penangangan dampak Covid ini.
Di sisi lain, saat ini media massa juga sangat merasakan kesulitan terdampak pandemi Covid-19. Sehingga kerjasama ini juga diharapkan akan memberikan angin segar bagi media massa untuk bisa merasakan kehadiran langsung pemerintah di tengah kesulitannya.
Jangan seperti yang terjadi selama ini bahwa pemerintah memberikan perhatian besar bagi masyarakat dengan mengucurkan ratusan triliun dana penanganan dan pemulihan ekonomi dampak Covid-19. Tetapi tak sedikit pun menyinggung dan memedulikan kehidupan media massa. Padahal selama ini media massa tanpa pamrih berperan dalam sosialisasi program dan kegiatan pemerintah.
Pemerintah memang mengakui keberhasilan sosialisasi yang dilakukan media selama covid ini, tetapi masih sebatas pengakuan saja. Sebagaimana dikatakan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo bahwa 63 persen keberhasilan sosialisasi adalah media massa. Dan kenyataannya saat ini mayoritas berita yang disiarkan media adalah terkait Covid-19 dan dampaknya di seluruh tanah air.
Artinya, meskipun dalam kondisi sulit akibat penurunan tiras dan penurunan penghasilan dari iklan tetapi media massa tetap eksis hadir. Tanpa diminta atau dibayar pun, media tetap mensosialisasikan berita terkait Covid-19 karena merasa bahwa media massa adalah bagian dari masyarakat.
Apa yang diharapkan pemerintah sudah dilakukan media massa. Namun apakah dalam kondisi kesulitan saat ini pemerintah memedulikan media? Pengelola media massa berharap pemerintah jangan hanya menganggap media sebagai mitra sosialisasi tetapi juga harus menjadi bagian untuk mensukseskan pemulihan dampak Covid ini. Kalau pemerintah dan media sudah menjadi satu dalam penanganan Covid-19 ini maka hasilnya pasti akan memuaskan sehingga rakyat tetap percaya kepada pemerintah.
Bagi media massa, tawaran kerjasama yang disampaikan Erick Thohir ini harus dianggap suatu kehormatan. Meskipun belum dijelaskan secara rinci bentuk kerjasama dalam sosialisasi itu, tetapi ini menjadi gambaran adanya perhatian pemerintah. Sehingga media massa juga harus siap menyambutnya dengan baik. Namun jangan sampai mengabaikan prinsip profesionalisme, tetapi harus tetap memedomani kode etik yang ada.
Intinya, kerjasama ini harus saling bermanfaat, baik bagi pemerintah maupun bagi media massa yang resmi. Sehingga kehadiran media massa dapat dirasakan memberikan ketenangan bagi masyarakat, bukan kekhawatiran.(*)