Tradisi mudik sudah mendarah daging di Indonesia. Kebiasaan ini mewaris dari masa ke masa, hingga saat ini. Ini merupakan kesempatan sekali tahun untuk pulang kampung dan bertemu keluarga.
Mudik bukanlah sekadar sarana melepas rindu setelah lama tak bertemu. Dalam tradisi ini ada prestise, solidaritas, dan silaturahmi. Sebab merupakan kebanggaan bagi pemudik bisa pulang, dan menunjukkan keberhasilannya setelah sekian lama merantau.
Saat mudik juga, seorang perantau membangun silaturahmi dengan kerabat, satu kampung, dan orang yang sama-sama merantau yang ketepatan pulang di momen yang sama. Biasanya, ada acara berbagi dengan sesama, bisa dalam bentuk acara syukuran, kemudian membagikan hadiah. Jadi tak lengkap rasanya jika tak mudik saat Lebaran.
Bukan hanya secara sosial, potensi mudik sangat besar secara ekonomi. Miliaran, bahkan mungkin triliun rupiah dana yang masuk ke desa di seluruh Indonesia. Efek dominonya tentu dinikmati banyak orang. Tak heran, banyak yang memanfaatkan acara mudik ini secara komersial.
Setiap tahunnya, ada saja perusahaan dan Pemda yang menggelar mudik gratis. Tujuannya jelas, sebab pemudik merupakan pasar yang sangat besar. Belum lagi para politisi yang ikut menebar pesona dalam momen tersebut untuk memperkenalkan dirinya.
Wabah Covid-19 sepertinya akan memporakporandakan tradisi mudik ini. Saat ini adalah masa paling genting di seluruh dunia. Virus ini belum ditemukan obatnya, dan cara melawannya adalah dengan memutus mata rantai penyebarannya.
Caranya antara lain dengan tetap tinggal di rumah, dan menjaga jarak dengan orang lain. Sedapat mungkin jangan keluar, dan jika terpaksa harus memakai masker. Lalu selalu menyediakan hand sanitizer, dan ada kegiatan disinfektan secara berkala.
Itu sebabnya, pemerintah sudah mulai menggaungkan tentang imbauan agar tidak mudik. Ada kesan tak tegas dalam isu mudik ini, sebab banyak orang yang mungkin akan protes, jika dilarang. Tak bisa dihindarkan, saat mudik pasti akan ada kerumunan, sejak berangkat, selama di daerah, dan setelah pulang.
Sikap pemerintah harus tegas dan jelas tentang mudik. Jika dilarang, katakan untuk tahun ini tak bisa! Risiko terlalu besar, jika jutaan orang berbondong-bondong pulang. Memang mungkin bisa saja ada penolakan dari warga.
Sebaiknya sejak awal ada penjelasan tentang risiko mudik. Bisa saja ada yang memaksakan diri, maka sejak dari kota hingga ke desa, harus ada pengecekan. Jika ada yang dicurigai, harus segera diisolasi, sehingga tidak membawa penyakit ke kampung halaman. (**)