- Home
- Sinar Remaja
- Pencegahan Penyebaran HIV/AIDS di Kalangan Remaja Gunakan Bahasa Sebaya
Pencegahan Penyebaran HIV/AIDS di Kalangan Remaja Gunakan Bahasa Sebaya
Minggu, 24 Januari 2016 16:46 WIB
Bandung (SIB)- Pencegahan penyebaran HIV/AIDS di kalangan remaja tidak hanya bisa dilakukan melalui perintah orang tua dan guru saja. Teman sebaya (peer education) pun bisa jadi solusinya.
Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Achmad Fahmi di Jakarta, Jumat, (22/1) mengatakan, peer education sangat cocok diterapkan di kalangan remaja untuk pencegahan terhadap AIDS karena remaja adalah makhluk berkelompok dalam arti positif. “Keberadaan remaja akan menarik dan memengaruhi remaja lainnya untuk memunculkan perilaku tertentu yang khas remaja. Peer educator berlaku sebagai agen perubahan!” tuturnya seperti disitat dari PojokJabar.Com.
Sebagai agen perubahan mereka akan menggunakan pendekatan para remaja untuk memberikan warna dan perubahaan terhadap perilaku yang bersikap terhadap penularan HIV/AIDS. “Terbangunnya awarness perilaku berisiko terhadap penularan HIV/AIDS adalah tujuan utama. Di tangan remaja hal ini menjadi harapan dan optimisme bahwa bangsa ini mampu memerangi HIV/AIDS!”
Di samping itu, orang tua juga mempunyai peran dalam pencegahannya. Orang tua harus gaul untuk mengikuti perkembangan anak. Demikian juga guru harus gaul, istirahat ngobrol mengetahui tata bahasa anak-anak seperti sekarang.
Bahaya dari penyakit HIV/ AIDS kini tengah mengintai para remaja usia aktif. Namun sayangnya, masih banyak yang tak mengerti betul tentang HIV/AIDS, termasuk guru dan orang tua.
Karena itu, penting bagi para remaja mendapatkan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dari banyak pihak, yang memang peduli terhadap kelangsungan hidup remaja itu di masa mendatang.
Di tempat terpisah, Koordinator Pelajar Peduli AIDS Feri Pebriana mengatakan, bahwa hal seperti ini penting karena nantinya remaja itu yang akan menginformasikannya ke orang lain, termasuk orang tua dan gurunya sendiri. “Banyak lho guru yang tidak tahu tentang HIV/AIDS. Ini karena, minimnya pengetahuan tentang itu. Begitu juga dengan orang tua, yang masih sangat rendah pengetahuannya mengenai HIV/AIDS ini,” kata Feri.
Maka itu, Feri berharap pada semua pihak agar mau memberikan penyuluhan dengan materi kesehatan reproduksi pada remaja. “Di sekolah kurang optimal untuk bisa mengetahui masalah kesehatan reproduksi ini. Buktinya, setelah diberikan penyuluhan tentang ini, banyak dari mereka yang tahu kalau apa yang sebenarnya mereka tahu itu adalah salah,” pungkasnya. (t/R9/y)
Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Achmad Fahmi di Jakarta, Jumat, (22/1) mengatakan, peer education sangat cocok diterapkan di kalangan remaja untuk pencegahan terhadap AIDS karena remaja adalah makhluk berkelompok dalam arti positif. “Keberadaan remaja akan menarik dan memengaruhi remaja lainnya untuk memunculkan perilaku tertentu yang khas remaja. Peer educator berlaku sebagai agen perubahan!” tuturnya seperti disitat dari PojokJabar.Com.
Sebagai agen perubahan mereka akan menggunakan pendekatan para remaja untuk memberikan warna dan perubahaan terhadap perilaku yang bersikap terhadap penularan HIV/AIDS. “Terbangunnya awarness perilaku berisiko terhadap penularan HIV/AIDS adalah tujuan utama. Di tangan remaja hal ini menjadi harapan dan optimisme bahwa bangsa ini mampu memerangi HIV/AIDS!”
Di samping itu, orang tua juga mempunyai peran dalam pencegahannya. Orang tua harus gaul untuk mengikuti perkembangan anak. Demikian juga guru harus gaul, istirahat ngobrol mengetahui tata bahasa anak-anak seperti sekarang.
Bahaya dari penyakit HIV/ AIDS kini tengah mengintai para remaja usia aktif. Namun sayangnya, masih banyak yang tak mengerti betul tentang HIV/AIDS, termasuk guru dan orang tua.
Karena itu, penting bagi para remaja mendapatkan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dari banyak pihak, yang memang peduli terhadap kelangsungan hidup remaja itu di masa mendatang.
Di tempat terpisah, Koordinator Pelajar Peduli AIDS Feri Pebriana mengatakan, bahwa hal seperti ini penting karena nantinya remaja itu yang akan menginformasikannya ke orang lain, termasuk orang tua dan gurunya sendiri. “Banyak lho guru yang tidak tahu tentang HIV/AIDS. Ini karena, minimnya pengetahuan tentang itu. Begitu juga dengan orang tua, yang masih sangat rendah pengetahuannya mengenai HIV/AIDS ini,” kata Feri.
Maka itu, Feri berharap pada semua pihak agar mau memberikan penyuluhan dengan materi kesehatan reproduksi pada remaja. “Di sekolah kurang optimal untuk bisa mengetahui masalah kesehatan reproduksi ini. Buktinya, setelah diberikan penyuluhan tentang ini, banyak dari mereka yang tahu kalau apa yang sebenarnya mereka tahu itu adalah salah,” pungkasnya. (t/R9/y)
Berita Terkait
-
Medan Sekitarnya
Tahun 2019, Bea Cukai Kualanamu Tindak 322 Kasus Barang Bawaan Penumpang dari LN
-
Medan Sekitarnya
Bupati Deliserdang Copot Tiga Camat
-
Medan Sekitarnya
Tingkat Pengangguran Terbuka di Sumut Masih Tinggi
-
Medan Sekitarnya
Jelang Libur Natal dan Tahun Baru Harga Kebutuhan Pokok
-
Medan Sekitarnya
Kapolda Sumut Pimpin Sertijab Karo SDM, Karo Log, Dirpolairud dan Kapolresta Deliserdang
-
Medan Sekitarnya
Pangdam Minta KB TNI Jalankan Politik Negara dan Menjaga NKRI
Komentar
Komentar
Silakan Login untuk memberikan komentar.
FB Comments