Kamis, 02 Mei 2024

Kekuasaan Pikiran

Oleh : Upa. Madyamiko Gunarko Hartoyo
- Sabtu, 11 April 2015 13:19 WIB
 Kekuasaan Pikiran
Salah satu kebenaran pokok yang telah dinyatakan Sang Buddha adalah kekuatan yang luar biasa dari pikiran. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh salah satu siswanya, Sang Buddha menjelaskan dengan tegas  "Dunia ini dikuasai pikiran……., semua terjadi di bawah kekuasaan pikiran." Ilmu pengetahuan belum sepenuhnya meneliti tentang pikiran namun 2500 tahun lalu Sang Buddha telah menyadari kekuatannya dalam berbagai aspek kehidupan. 

Kita adalah apa yang kita pikirkan. Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, jika kita berpikir kita tidak mampu, disanalah muncul ketidakpercayaan diri dan benar benar tidak mampu melakukannya. Di sisi lain, pikiran adalah kekuatan di balik segala peristiwa yang terjadi di sekeliling kita. Pengendalian yang baik terhadap pikiran menjadi pembentuk tercapainya tujuan luhur kita. Jika kita memiliki pikiran positif, maka pikiran tersebut akan mentransformasikan hal hal baik dalam hidup kita. 

Jika kita ingin mendapat hal-hal baik dalam kehidupan kita, kita harus memberi makanan positif dalam pikiran kita. Pikiran tentang cinta kasih, belas kasih dan kebahagiaan serta pikiran tenang adalah sebagian hal-hal positif yang dapat berubah menjadi wujud nyata dalam kehidupan kita. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni,  maka kebahagiaan akan mengikutinya, bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.

Seseorang yang hidupnya tidak ditujukan pada hal-hal yang menyenangkan semata, yang inderanya terkendali, sederhana dalam kehidupannya,penuh keyakinan serta bersemangat, maka Mara (Penggoda) tidak dapat menguasai dirinya bagaikan angin yang tidak dapat menumbangkan gunung karang.

Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya, bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya. Jika masih tersisa pikiran jahat bahwa orang lain menghina, memukul, mengalahkan dan merampas milik kita, maka selama masih menyimpan pikiran seperti itu, kebencian tak akan pernah berakhir dan justru membawa penderitaan bagi kita. Penderitaan akan membawa kesedihan tak berkesudahan di dunia ini dan dunia nantinya. Terpenjara dalam pikiran jahat pada akhirnya akan membuat  seseorang bersedih hati di kedua dunia tersebut. Ia akan bersedih hati dan meratap, karena melihat perbuatannya sendiri, yang tidak bersih. Sebagian besar orang tidak mengetahui bahwa, dalam permusuhan mereka akan binasa, bagi yang menyadari kebenaran ini, mereka akan segera mengakhiri semua pertengkaran. Kebencian tak akan pernah berakhir, apabila dibalas dengan kebencian. Tetapi, kebencian akan berakhir apabila  dibalas dengan cinta kasih. Inilah salah satu hukum abadi.

Seseorang yang menganggap, ketidak-benaran sebagai kebenaran dan kebenaran sebagai ketidak-benaran, maka mereka yang mempunyai pikiran keliru seperti itu tak akan pernah dapat menyelami kebenaran. Bagaikan hujan,yang dapat menembus rumah beratap bocor, demikian pula nafsu, akan dapat menembus pikiran yang tidak dikembangkan dengan baik. Biarpun seseorang banyak membaca kitab suci, tetapi tidak berbuat sesuai ajaran, maka orang lengah itu sama seperti gembala sapi yang menghitung sapi milik orang lain. Ia tak akan memperoleh manfaat kehidupan suci.

Sadari bahwa kita menciptakan hidup dari dalam diri kita ke luar, karena itu usahakan setiap hari kita perlu meluangkan waktu untuk diri sendiri. Gunakanlah waktu tersebut untuk merenungkan kehidupan kita dan memaknai hal hal yang terjadi. Meditasi dan bersihkan pikiran dari semua pikiran yang tidak perlu, sehingga dapat berfokus pada yang diinginkan bukan pada yang dikhawatirkan sehingga lebih produktif dan memiliki lebih banyak ide. Dengan cara demikian kita telah menghormati diri sendiri sekaligus memperkuat citra diri. Pikiran kita perlu dikendalikan agar tidak dirusak oleh akar kejahatan kebencian, keserakahan dan kebodohan. Pengendalian pikiran bukanlah merupakan penekanan ataupun penindasan pikiran sebab pikiran yang tertekan ataupun tertindas akan menimbulkan dampak yang tidak sehat. Pikiran diharapkan berkembang pada jalur positif yang berada dalam jalan kebenaran Dhamma. Pikiran positif akan menjadikan suasana pikiran selaras dengan prinsip kehidupan manusia yang universal.

Dalam Ajaran Sang Buddha diungkapkan pengendalian pikiran dapat dilakukan dengan meningkatkan perhatian (Sati) dan pengertian (Sampajana). Perhatian dan pengertian adalah dua unsur penting yang diperlukan secara bersama saat pikiran menerima objek. Dalam Sabbasavasanvara Sutta, Sang Buddha mengungkapkan apabila seseorang memiliki perhatian / kewaspadaan, maka segala jenis pikiran yang jahat yang belum muncul menjadi tidak muncul dan yang telah muncul dapat dilenyapkan. (r)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Sempat Kabur dengan Kedua Tangan Diborgol, Pengedar Narkoba Kembali Dibekuk
JAM Pidum Setujui Penghentian Penuntutan 14 Perkara Pidum
Perekonomian Sumut Terakselerasi 4,5-5,3% , Optimisme Permintaan Domestik, Pemilu dan PON Sumut
Daftar ke PAN dan PPP, Zainuddin Purba Ingin Selamatkan Generasi Muda dari Narkoba
Pemkab Simalungun dan PT Lonsum Bahas Pelepasan Lahan
'Atraksi Air Menari ' Hiburan yang Diminati Wisatawan di Pangururan Samosir
komentar
beritaTerbaru