Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 02 Juli 2025

Haru, Pertemuan Istri Korban Kecelakaan Lion Air JT 610 dan Garuda 152

- Kamis, 22 November 2018 12:17 WIB
1.213 view
Haru, Pertemuan Istri Korban Kecelakaan Lion Air JT 610 dan Garuda 152
SIB/Oki Lenore
ISTRI KORBAN KECELAKAAN PESAWAT: Istri korban kecelakaan pesawat yakni Hajjah Sisiliana Buchari SH, yang suaminya jadi korban kecelakaan pesawat Airbus A300-B4 Garuda Indonesia yang jatuh di Buah Nabar, Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada 26 Se
Medan (SIB) -Istri-istri korban tragedi pesawat jatuh di Indonesia, Rabu (21/11), bertemu di kediaman Capt Muas Efendi Nasution (alm) di Komplek Griya Bestari Blok H No 4 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Silaturahim untuk saling menguatkan dan berbagi perasaan serta berupaya menatap ke depan tersebut diselimuti rasa haru dan berurai air mata. "Saya berinisiatif menemui, untuk berbagi suka. Saya dulu mengalami hal yang sangat teramat pedih masih begitu muda, usia 30 tahun," cerita Hajjah Sisiliana Buchari SH, yang suaminya jadi korban kecelakaan pesawat Airbus A300-B4 milik Garuda Indonesia penerbangan 152 yang jatuh di Buah Nabar, Sibolangit, Deliserdang, Sumatera Utara, pada 26 September 1997.

Notaris yang orangtua politisi Partai Golkar Akbar Himawan Buchari SH itu mengaku lebih menderita karena kehilangan tiga orang tercintanya bersamaan yakni suami dan mertua.

Kepada Mardiana Harahap, istri Muas Nasution (alm), Sisiliana minta agar jangan larut dalam duka karena harus memikirkan masa depan anak serta cucu. Menurutnya, apapun tangisnya, suami tidak dapat kembali. "Saya pun begitu. Saat pertama mendapat musibah, rasanya ingin mati juga tapi anak-anak minta untuk stop," paparnya didampingi Frida Tetty.

Sebagaimana diketahui, Muas Nasution satu dari ratusan orang korban tragedi kecelakaan Lion Air JT 610 di Perairan Tanjung Kerawang, Jawa Barat, Senin 22 Oktober 2018. Jasad ayah empat orang anak itu dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Kelurahan Terjun, Medan Marelan tepat pada Hari Pahlawan 2018.
Mardiana Harahap mengaku, tragedi itu menyisakan trauma sangat dalam hingga untuk ke luar rumah saja tak berani. Ia kemudian mengumpulkan anak-anaknya yang bermukim terpencar di Jawa dan Kalimantan. "Saya masih merasa, ayah anak-anak saya sekarang masih berdinas dan akan kembali. Kami di rumah berkumpul untuk menyambut kepulangannya," ujarnya.

Kekhawatiran dan kepedihan yang dirasakan anaknya lebih dalam. "Karena tragedi itu, anak saya melahirkan lebih awal. Alhamdulillah cucu saya sehat,"  ujarnya.

Suaminya yang Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas V Muntok, Bangka Barat dilepasnya ke Jakarta pada Minggu (21/11). Pagi hari sebelum berangkat, menggelar reuni di Berastagi, Tanah Karo bersama alumni SMAN 2 Padangsidimpuan. "Waktu reuni, suami saya memang tidak seceria biasanya. Sebelum berangkat ke Jakarta, kami salat Isa di Musala Stasiun Kereta Api Medan. Itulah pertemuan terakhir kami," jelas Mardiana Harahap.

Sejatinya, ia ikut terbang bersama suaminya tapi di detik-detik keberangkatan, Capt Muas Nasution membatalkan. "Padahal, kalau pergi bersama, kami sama-sama pergi menghadapNya juga kan," kenangnya.

Sambil cerita Mardiana menahan tangis, tapi oleh Sisiliana diminta untuk melepasnya. "Menangislah, Bu... biar dada ibu plong. Saya juga begitu, Bu. Bila ibu mau, teriaklah sekerasnya. Tapi jangan lupa makan. Minimal puding susu, madu telur karena untuk mengunyah pun ibu pasti tak selera," ujarnya.

Dalam pertemuan lebih sejam itu, keduanya lebih banyak menitikan air mata dan saling menguatkan. "Doa ibu, doa saya dan doa seluruh keluarga kita untuk melapangkan jalannya pada Sang Pencipta," ujar Hj Sisislia. "Saya minta pada ibu, jangan ambil keputusan apapun dalam saat seperti berduka tapi fokus dalam doa, berdoa dan terus berdoa." tutupnya. (R10/h)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru