Sabtu, 21 September 2024
Sumut Penghasil Wortel Terbesar Kedua di Indonesia

Kadis Ketapang Sesalkan Impor Wortel ke Sumut

Nelly Hutabarat - Rabu, 21 Agustus 2024 19:37 WIB
446 view
Kadis Ketapang Sesalkan Impor Wortel ke Sumut
Ist/SNN
Ilustrasi petani panen wortel.
Medan (harianSIB.com)
Sumatera Utara (Sumut) merupakan penghasil wortel terbesar kedua di Indonesia, setelah Jawa Tengah. Pada tahun 2023, Sumut memproduksi 145.810 ton wortel, sedangkan produksi dari Januari hingga Juni 2024 mencapai 94.847 ton. Kabupaten Karo menjadi daerah penghasil wortel terbesar di Sumut dengan produksi mencapai 91.369 ton.

Meskipun produksi wortel di Sumut tinggi dan bahkan surplus, ada laporan bahwa provinsi ini masih mengimpor wortel.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumut, melalui Perencanaan Madya Yuspahri Peranginangin mengatakan, hal ini sangat disayangkan, mengingat ketersediaan lokal yang mencukupi.

Baca Juga:

"Dengan produksi yang melimpah, Sumut sebenarnya memiliki surplus besar. Konsumsi per kapita di provinsi ini hanya sekitar 1,375 kg per tahun, sehingga kami memiliki surplus 124.653 ton," jelas Yuspahri, Rabu (21/8/2024).

Desakan Pencabutan Kebijakan Impor

Baca Juga:

Anggota DPRD Sumut, Salmon Sumihar Sagala, meminta Menteri Perdagangan segera mencabut Permendag No. 27 Tahun 2020 yang memungkinkan impor wortel. Menurutnya, kebijakan ini menyebabkan harga wortel lokal anjlok drastis dari Rp4.000/kg menjadi Rp1.000/kg, memukul telak para petani lokal.

"Wortel impor dari Cina dan Vietnam membanjiri pasar, merusak harga dan membahayakan kelangsungan hidup petani wortel lokal," ungkap Salmon, Senin (19/8/2024).

Meskipun wortel impor terlihat lebih menarik, ia menegaskan bahwa wortel lokal jauh lebih lezat.

Salmon juga mencatat banyak petani di Tanah Karo saat ini terancam bangkrut karena harga yang terlalu rendah. Beberapa toke yang telah memberikan panjar untuk pembelian wortel pun belum mencabut hasil panen, karena harga yang anjlok tidak bisa menutupi biaya produksi.

Diakui Salmon, kualitas wortel impor memang terlihat bagus ketimbang wortel lokal, namun rasa wortel lokal jauh lebih enak dan manis. Mungkin saja, dikarenakan warnanya lebih cerah, para pembeli di Indonesia rame-rame memburu wortel impor.

"Jadi kebijakan pemerintah membuka kran impor dari China dan Vietnam telah menciptakan persaingan tidak sehat yang merugikan petani dan pengusaha lokal, sehingga pemerintah Indonesia perlu melahirkan kebijakan yang memihak petani wortel, dengan mengkaji ulang Permendag No 27/2020," katanya.

Berdasarkan pengaduan para petani, ujar Salmon, saat ini harga wortel lokal cabutan ladang dari Tanah Karo sangat murah, yakni hanya Rp1000/Kg. Diperkirakan akan terus menurun hingga beberapa bulan ke depan, karena stok di gudang pendingin masih penuh imbas masuknya wortel impor tersebut.

"Petani juga mengakui beberapa toke sudah memberikan panjar ke petani wortel untuk dibeli, tapi hingga kini belum dicabut dan dilunasi, mengingat harga sangat anjlok. Kalau dicabut hanya membuat kerugian makin bengkak, upah cabut pun tidak tertutupi," tambah Salmon, anggota dewan Dapil Karo, Dairi dan Pakpak Bharat ini.(**)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
komentar
beritaTerbaru