Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara, Rianda Purba, Jumat (19/7/2024), di Medan.
Dijelaskannya, setiap tahun kebakaran hutan dan lahan di sekitar Danau Toba terus berulang dan fenomena itu telah menjadi ancaman serius bagi lingkungan, serta masyarakat setempat. Pada 2023, tercatat terjadi tiga kali kebakaran hutan dan lahan, sementara pada 2024, luas area yang terbakar telah mencapai sekitar 300 hektar.
Baca Juga:
Disebutkannya, secara ekologis, kebakaran hutan di sekitar Danau Toba bisa dipengaruhi perubahan iklim global. Peningkatan suhu dan perubahan pola cuaca, menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan intensitas hujan yang tidak menentu sehingga meningkatkan risiko kebakaran.
Kerusakan ekosistem akibat kebakaran hutan sangat signifikan, lanjutnya, mulai dari hilangnya biodiversitas, kerusakan habitat, hingga degradasi tanah. Kondisi vegetasi di kawasan tersebut, seperti semak belukar dan hutan pinus yang mudah terbakar, juga mempercepat penyebaran api.
Baca Juga:
Mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pendekatan komprehensif dan terintegrasi. Pertama, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan diperlukan pengawasan yang lebih ketat. Diperlukan adanya teknologi modern seperti satelit dan drone dapat digunakan untuk mendeteksi areal yang rentan dan berpotensi terbakar serta memantau kebakaran hutan secara real-time.
"Diperlukan teknologi modern, seperti satelit untuk mendeteksi areal yang rentan dan berpotensi terbakar serta memantau kebakaran hutan secara real time," kata Rianda.
Medan(harianSIB.com)Wakil Ketua DPRD Sumut, Sutarto, merasa bangga atas beroperasinya ruas Tol Kuala Tanjung Indrapura yang merupakan bag
Belawan (harianSIB.com)Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Janton Silaban, didampingi Ketua Bhayangkari Cabang Pelabuhan Belawan, Frisca Janton
Simalungun (harianSIB.com)Bupati dan Wakil Bupati Simalungun, Anton Achmad Saragih dan Benny Gusman Sinaga menghadiri peringatan Hari Jadi k