Langkat (SIB)
Peternakan bebek dan babi di kawasan padat penduduk Lingkungan VIII Bangsal Wonosari, Kelurahan Perdamaian, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dikeluhkan warga setempat. Pasalnya warga terganggu oleh bau tak sedap, diduga berasal dari kotoran ternak itu.
Tono (57) salah seorang warga yang berdomisili di Lingkungan VIII, kepada wartawan SIB mengeluhkan bau tak sedap di lingkungan tempat tinggalnya.
"Baunya sudah meresahkan, apalagi ini masuk pancaroba, dimana sering hujan panas dan itu sangat menguap kali. Dari pagi sampai malam, gak tau mau gimana lagi bernapasnya. Bahkan menghidupkan kipas pun masih tercium baunya," keluh Tono kepada wartawan, Sabtu (14/10) siang.
Warga lain, Rini yang rumahnya bersebelahan dan hanya dibatasi tembok peternakan bebek dan babi tersebut juga mengungkapkan, dua minggu sebelumnya suaminya telah menyampaikan keluhan warga kepada Kepling.
"Harapan kami, di tengah lingkungan kaya gini janganlah ada ternak kayak gitu. Itu kan bikin sesak nafas. Setiap hari kami disuguhkan dengan bau yang tidak sedap akibat bau yang dibawa angin di rumah kami,” keluhnya.
Rini meminta agar pemilik ternak bisa memindahkan lokasi perternakan jauh dari pemukiman warga. Sebab, udara sudah terkontaminasi bau kotoran ternak yang mengganggu kesehatan anak-anak warga. “Kalau setiap hari menghirup udara tak sedap, tentu dari segi kesehatan sudah tidak layak. Apalagi bagi anak-anak kami,” ungkap Rini.
Hal senada disampaikan Cinthya (23) yang memiliki usaha cafe dan makanan. "Janganlah di dekat pemukiman ada peternakan. Setiap pagi hingga sore luar biasa baunya dan belakangan ini ada juga ternak babi. Baunya mengganggu, apalagi pas masak di dapur. Kita juga kan cari uang," katanya
Cinthya mengaku keberatan warga sudah pernah disampaikan kepada Kepling, namun tidak ada penyelesaian. "Secara langsung dulu juga sudah pernah kita sampaikan kepada peternak," ucap Cinthya kesal.
Akibat keluhan masyarakat tidak ditanggapi aparatur pemerintah setempat, Mulyatin (55) salah satu warga Lingkungan VIII, datang menemui SIB menyampaikan persoalan itu.
"Kami di sebelah tembok peternakan bebek. Bau itu sangat menyengat dan mengganggu kali. Selain bau kotoran, ada juga suara bising dari peternakan itu. Sampai dinihari pun masih ada suara bising, bagaimana kita mau istirahat," katanya.
Mulyatin tidak yakin kalau pemerintah setempat tidak tahu persoalan itu. Dia berharap pemerintah merelokasi peternakan itu dari pemukiman padat penduduk.
Sebelumnya pada 10 April 2023, sebanyak 31 warga sudah menandatangani surat pernyataan keberatan atas adanya peternakan di pemukiman warga.
Warga Lingkungan VIII Bangsal Wonosari, Kelurahan Perdamaian, Kecamatan Stabat itu ramai-ramai meminta SIB membantu agar peternakan itu bisa direlokasi atau ditutup, karena diduga tidak memiliki Izin usaha.
AKAN MENINJAU
Romelta Ginting SE, Ketua Fraksi PDIP DPRD Langkat yang dihubungi SIB melalui ponselnya, Sabtu (14/10) mengatakan, akan datang meninjau kandang ternak itu. "Fraksi kami PDIP akan tinjau lokasi ternak babi dan bebek di Kelurahan Pardamean. Jika bau kotoran itu membuat sesak penafasan warga, lebih baik direlokasi saja ke tempat yang lebih aman," sarannya.
TIDAK TIMBULKAN BAU
Sementara itu, Kepling VIII, Andri saat dikonfirmasi wartawan mengaku sudah pernah menjumpai peternak dan menyampaikan keluhan warga itu. "Sudah diantisipasi pencemarannya, termasuk masalah bau juga," kata Andri, sambil mengajak bertemu wartawan.
Pemilik peternakan bebek, Eka, wanita paruh baya, saat dikonfirmasi wartawan , Senin (16/10), mengaku kotoran ternak bebeknya tidak menimbulkan bau, namun mengakui tidak memiliki izin, tapi sudah mengantongi beberapa tandatangan warga yang setuju.
"Kami sudah berusaha agar kotoran bebek tidak bau, dan warga setuju ada peternakan di sini, kami juga sering kasi bantuan telor bebek buat warga sekitar," katanya.
Sementara pemilik ternak babi, saat ditemui tidak ada di tempat, sebagaimana disampaikan pekerja yang berada di sekitar kandang ternak babi itu. (A13)