Tapteng (SIB)
Bencana alam yang menghantam Desa Sijukkang, Andamdewi dan Pasarterandam, Barus pada 28 Januari 2020 lalu, masih menyisakan banyak trauma. Namun perasaan was-was dan kuatir masih terus menghantui masyarakat mengingat pembalakan hutan masih terus berlangsung di samping struktur tanah di Jalan Barus-Pakkat yang rawan longsor.
Amatan SIB, pada tragedi yang menerjang pemukiman penduduk dan menelan 9 korban jiwa di Kabupaten Tapteng itu penyebabnya adalah longsor tebing yang menggelindingkan ribuan kubik lumpur dan batu serta pepohonan sehingga mengakibatkan banjir bandang.
Peristiwa itu meluluhlantakkan ratusan hektar lahan persawahan, yang sebagian tertimbun tanah serta bebatuan seperti terlihat di Dusun Bonandolok Desa Sijukkang. Banjir juga merusak jalan, jembatan, sekolah dan rumah penduduk.
Pasca kejadian 6 bulan lalu, Dusun Bonandolok Sijukkang bagai mati suri. Hamparan persawahan yang sebelumnya indah dipandang mata di pinggir jalan sudah berubah menjadi hamparan tanah dan batu, tidak bisa diolah. Material longsor masih menumpuk, termasuk material di sejumlah titik longsor jalan Barus - Pakkat belum dibersihkan.
Entah sampai kapan lahan masyarakat itu bisa kembali diolah menjadi persawahan. Masyarakat masih terus menunggu dan menunggu. Salah seorang warga, Ater Silalahi yang ditemui SIB di Desa Sijukkang, Selasa (14/7) berharap ada pendampingan dari pemerintah untuk merehabilitasi kembali persawahan mereka pasca diterjang longsor.
"Jangan biarkan kami sendiri menghadapi dampak bencana,"kata Ater.
Selain penanganan pasca gempa, penanganan serius supaya bencana longsor tidak terjadi lagi seharusnya menjadi skala prioritas. Sebab apabila tidak, bukan tidak mungkin bencana yang lebih besar bakal terjadi. Namun yang terlihat di lapangan, pembalakan hutan masih terjadi di atas pebukitan Desa Sijukkang.
Baru-baru ini masyarakat melihat ada kegiatan pengolahan kayu menjadi bahan jadi di atas bukit, seperti papan dan broti."Kami melihat ada usaha somel di atas bukit, membuat papan dan broti. Setelah menjadi bahan jadi baru diturunkan untuk dibawa ke panglong,"kata Edyanto Simatupang.
Hal itu diungkapkan Edyanto kepada SIB di Desa Sijukkang, Andam Dewi, Selasa (14/7). Dia menunjukkan sejumlah foto hutan yang sudah gundul di atas bukit Desa Sijukkang. Padahal, sambungnya, hutan tersebut merupakan hutan negara.
Edyanto dan Ater Silalahi meminta perhatian yang lebih besar dari Gubernur Sumatera Utara untuk penanganan dan pencegahan longsor di Jalan Provinsi itu. Jangan setelah bencana alam terulang kembali dan merengut nyawa manusia baru kasak-kusuk."Harapan kami Gubernur memberikan perhatian yang besar untuk rehabilitasi hutan dan Jalan Barus - Pakkat,"kata mereka, seraya menyebutkan ngerinya bencana alam.
Sekedar mengingatkan, Jalan Barus-Pakkat merupakan jalan alternatif dari Aceh menuju Medan lewat Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Dairi, atau Kabupaten Toba. Letak Geografis Jalan berada di kaki bukit hutan negara dengan jurang yang cukup dalam. Keberadaan jalan cukup menyokong pembangunan untuk kemajuan daerah sekitar Pantai Barat Sumatera Utara.(G04/c)