Sibolga (SIB)
Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Sumatera Utara (Sumut), Swangro Lumban Batu, Kamis (26/5) mengatakan, pihaknya mengapresiasi tolarensi antar umat beragama di pesisir wilayah Kawal Samudera yakni pesisir Barat Sumatera Utara yang mencakup Sibolga, Tapteng hingga ke Kepulauan Nias.
“Di Tapanuli Tengah yang multi etnis, toleransi umat beragama tak hanya dipujikan tapi dipelihara sedemikian rupa hingga tumbuh lestari bersama kearifan lokal,†ujarnya sekembali tur konsolidasi ke wilayah pesisir Sumatera.
Ia menunjuk kondisi yang tercipta dalam kepemimpinan Bakhtiar Ahmad Sibarani dan Darwin Sitompul (Badar) di Tapteng yang berakhir 22 Mei 2022.
Selain perubahan sektor pembangunan fisik yang sejalan dengan indeks sumber daya manusia (SDM) juga indeks prestasi SDM yang di dalamya termasuk toleransi antar umat beragama,†tegasnya.
Badar, menurutnya, adalah simbol kepelangian karena perpaduan Islam - Kristen tapi pembangunan religi ditekankan dengan melibatkan partisipasi publik antar umat beragama.
“GAMKI SU mencatat, ada perhatian penuh pimpinan eksekutif pada pembangunan fisik rumah ibadah. Bantuan untuk gereja, misalnya, baru saat kepemimpinan lima tahun belakangan dikucurkan miliaran rupiah.
Bukan soal besaran tapi bimbingan dan arahan pembangunan untuk memupuk persaudaraan sesama umat beragama,†tambahnya.
Di Tapanuli Tengah, lanjutnya, ada sejumlah sinode gereja seperti HKBP, HKI, GKPI dan gereja lokal tapi perhatian yang sama pada seluruh umat beragama tanpa memandang latar belakang. “Tapteng itu adalah sentra dinamisasi umat lintas latar belakang adat dan agama. Minang, Nias, Pesisir, Jawa warga dari Sumatera Barat dan Riau bahkan Tionghoa dan Arab serta lainnya.
Semua hidup rukun,†tambahnya sambil mengatakan daerah tersebut pernah menjadi ‘pesembunyian’ radikalis kanan tapi kemudian disentuh hingga terjadi pembauran alami. “Artinya, sentuhan partisipatif merangkul warga untuk berontribusi positif.
Termasuk dalam pembangunan eknomi warga berbasis UMKM karena mayoritas penghasilan rakyat adalah nelayan dan petani,†urainya.
Mantan Korwil GMKI Sumut-NAD dan Dosen Wilayah dan Kota di Perguruan Tinggi Swasta di Medan tersebut minta model pembangunan seperti itu harus dilanjutkan di Tapteng agar upaya meraih kesejahteraan lebih cepat berhasil. (R10/c)