Sabtu, 21 September 2024

Studi: Penyakit Kronis Bisa Memburuk Gara-gara Insomnia

- Minggu, 10 Mei 2015 20:08 WIB
484 view
Studi: Penyakit Kronis Bisa Memburuk Gara-gara Insomnia
Oslo (SIB)- Norwegia, Berbagai faktor seperti gaya hidup dan keturunan bisa meningkatkan seseorang terkena penyakit kronis seperti hipertensi atau diabetes melitus. Namun, nyatanya penyakit kronis juga dikaitkan dengan insomnia yang dialami seseorang lho,

Penelitian terbaru dari Norwegia menunjukkan orang yang memiliki masalah tidur akan lebih sensitif terhadap rasa sakit sehingga berpotensi memperburuk efek dari penyakit kronis. Seratus ribu orang dewasa menjadi peserta dalam studi Tromso. Studi ini sudah dilakukan sejak tahun 1974 yang bertujuan mengukur sensitivitas saraf pesertanya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengalami insomnia akan lebih sensitif terhadap rasa sakit dibandingkan dengan orang yang memiliki masalah tidur ringan. Secara spesifik, orang-orang yang mengalami sakit kronis akan mengalami insomia dan meningkatnya daya sensitivitas yang lebih besar terhadap rasa sakit. Sensitivitas nyeri juga dikaitkan dengan jumlah waktu tidur seseorang.

"Keinginan untuk kualitas tidur yang lebih baik jelas diinginkan oleh pasien dengan sakit kronis," tutur Borge Sivertsen, peneliti dari Norwegian Institute of Public Health in Bergen Norwegia, dikutip dari Live Science, Senin (4/5).

Dalam studi tersebut, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan seputar insomnia, durasi tidur peserta dan masalah tidur lainnya yang dialami peserta. Hasil penilaian terdiri dari empat poin, mulai dari tidak pernah, pernah, sering dan selalu. Dari semua peserta 10,5 persen memiliki ciri-ciri insomnia.

Para peserta kemudian melewati tes suhu dingin yaitu metode standar yang digunakan untuk meniru rasa sakit kronis. Prosedur dalam tes ini yaitu peserta diminta untuk menempatkan tangan mereka di air bersuhu 3 derajat celcius selama 106 detik selama beberapa saat. Orang-orang yang tidak tahan terhadap suhu dingin menunjukan penurunan daya tahan tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42 persen dari pasien yang mengalami insomnia akan menarik tangan mereka dari air dingin sebelum waktunya yaitu 106 detik dan hanya 31 persen peserta yang bertahan dalam tes ini. Penelitian kedua menunjukkan, 52 persen orang yang mengalami insomnia seminggu sekali tidak tahan dengan tes suhu dingin ini, sedangkan 24 persen orang yang tidak insomnia akan lebih kuat menahan suhu dingin.

Peneliti mengatakan, jumlah total waktu yang dihabiskan seseorang untuk tidur tidak berpengaruh pada toleransi terhadap rasa sakit mereka. Artinya, tidur malam sebelum tengah malam dan bangun pagi sangat baik untuk dilakukan. Apalagi, tidur lama di waktu yang tidak tepat juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit kronis. Cognitive behavioral theraphy bisa dijadikan alternatif dalam menyembuhkan insomnia. (detikhealth/h) 

SHARE:
komentar
beritaTerbaru