Paris (SIB) -'Salvator Mundi' jadi lukisan termahal di dunia. Karya Leonardo da Vinci itu dibeli Pangeran Arab Saudi via lelang di balai lelang Christie's New York pada 2017 senilai Rp 6 triliun. Pembelinya adalah Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman.
Penawar yang hadir ke balai lelang adalah Pangeran Bader bin Abdullah bin Farhan Al Saud, yang diyakini telah bertindak sebagai wakil untuk Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman. Kini, Pangeran Bader sebagai Menteri Kebudayaan Saudi yang diangkat sejak 2018.
Namun sebulan ke depan, lukisan dikabarkan hilang. Tetapi, memeringati 500 tahun kematian sang seniman, lukisan tersebut akan dipajang di Paris Mei 2019.
Sejumlah spekulasi mengemuka bahwa lukisan tersebut bukan karya sang maestro. Sejarawan seni Ben Lewis memetakan kisah keberadaan karya legendaris tersebut. Namun beberapa ahli tentang karya Leonardo terkemuka menolak kalau itu adalah karya sang master. Di pihak lain, pihak yang sampai sekarang tak disebutkan siapa kolektornya akan meminjakannya kepada pihak Louvre Paris.
Ben Lewis menuturkan, lukisan yang dipajang di Museum Louvre Abu Dhabi dihentikan dan pinjaman ke Paris tidak akan terjadi.
"Sumber-sumber dalam saya di Louvre memberitahu kalau tidak banyak kurator yang berpikir ini adalah karya asli Leonardo da Vinci," ujarnya seperti dilansir media Barat. "Kalaupun mereka memamerkannya, mereka ingin memajangnya sebagai sebuah 'bengkel'. Jika itu masalahnya, sangat kecil kemungkinan akan ditampilkan karena pemiliknya tidak mungkin meminjamkan karena nilainya akan turun," kata Ben Lewis seperti disiarkan DetikHot.com, Selasa (28/5).
Spekulasi hilang dan ditemukannya lukisan 'Salvator Mundi' setelah bertahun-tahun para ahli restorasi yakin kalau itu adalah karya da Vinci. Namun setelah dibeli Pangeran Arab Saudi, tak ada kabar kembali mengenai karya tersebut. Ada yang mengatakan hilang tapi ada juga yang menuturkan Louvre tak ingin memamerkannya.
Ben Lewis menyakini lukisannya disimpan di sebuah gudang penyimpanan dengan tingkat keamanan yang tinggi di Swiss. "Lukisannya tidak akan pernah dipajang," tukasnya.
New York Times memastikan, keberadaan lukisan masih misterius. Seorang profesor di Institut Seni Rupa Universitas New York Dianne Modestini yang juga konservator lukisan tersebut mengungkapkan itu adalah kejadian yang memilukan.
"Itu tragis," ujarnya.
"Menghilangkan lukisan yang membuat pecinta seni dan banyak orang lain tergerak oleh lukisannya," kata Modestini.
Departemen Kebudayaan Abu Dhabi pun yang tadinya menggembar-gemborkan pemberitaan menolak pertanyaan mengenai keberadaan lukisan tersebut. Museum Louvre Paris yang melisensikan namanya ke Museum Louvre Abu Dhabi pun menolak menanggapi kasus tersebut.
"Setelah dibeli, jejaknya benar-benar 'dingin' dan tidak diketahui," tutup Modestini. (T/R9/h)