Rote (SIB)
Musisi senior Rote, Nusa Tenggara Timur merilis ‘Hule Halado’ yang melow. Meski dengan bahasa etnik diiringi perkusi khas namun genrenya sesuai dengan era kini, milenial. Dalam tayangan di jejaring sosial, Actry Mevy Amalo dan Rizman Amalo bernarasi lagu tersebut difinalisasi di studio di Jakarta tapi idenya tetap etnik.
Bersamaan dengan publikasi lagu tersebut diunggah Yeremia 29:7 ... usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.
Pada Rabu (5/8), Adolfina Elisabeth Koamesakh meretwet unggahan lagu dari kampung halamannya. Cendikiawan Kristen Indonesia yang bicara Pancasila di Yunani itu hanya menyertakan emoji suka.
Meski bermukim di Medan, Sumatera Utara, Adolfina Koamesakh tetap mengingat kampung halamannya, Rote Ndao. Dalam hampir tiap iven terus memromosikan produk kreatif dari wilayah leluhurnya. Bersamaan dengan itu, pekerja sosial tersebut pun melestarikan kekayaan leluhur Bangso Batak. “Kekuatan satu bangsa bersumber dari kekayaan suku bangsanya,†paparnya.
‘Hule Halado’ dibawakan dengan genre ‘sejuk’ sebagaimana perkembangan musik milenial. Di industri kreatif Indonesia, Actry Mevy Amalo dan Rizman Amalo, memiliki perjalanan panjang.
Selain mengembangkan seni etnik, sang bintang pun memiliki agenda religi. Seperti pada awal Agustus 2020, terlibat dalam Tribal Family Gathering dalam doa suku-suku di Nusantara yang merupakan bagian dari kegiatan Jaringan Doa Nasional.
Di kegiatan jejaring nasional tersebut, Actry Mevy Amalo dan Rizman Amalo membawakan pujian dengan lirik Rote diiringi sasandu, tapi dalam penampilannya diklaim sebagai perwakilan NTT. Di acara itu dilantunkan ‘Yesus Malole’ dan ‘Au Tungga Lamatuak’
disambung doa untuk Rote dan suku-suku di Indonesia disampaikan Jack Bullan. “Lawatan Tuhan begitu nyata saat kami berdoa untuk Rote,†tulisnya.
Hal serupa dilakukan Adolfina Koamesakh yang tak henti memohon padaNya demi kesejahteraan Indonesia serta kemakmuran Rote Ndao. (T/R10)