Sabtu, 21 Desember 2024

Terlilit Utang, Boeing Ingin PHK 17.000 Karyawan

Wilfred Manullang - Sabtu, 12 Oktober 2024 14:43 WIB
186 view
Terlilit Utang, Boeing Ingin PHK 17.000 Karyawan
(Bloomberg Technoz)
Boeing
Washington (harianSIB.com)

Perusahaan pembuat pesawat dari Amerika Serikat, Boeing, dilaporkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan sekitar 17.000 orang. Langkah ini dilakukan seiring rugi perusahaan terus meningkat dan pemogokan yang telah melumpuhkan pabrik pesawatnya memasuki minggu kelima.

Selain itu, Boeing juga akan menunda peluncuran pesawat berbadan lebar terbaru yang telah lama tertunda, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Sabtu (12/10/2024).

Boeing juga tidak akan mengirimkan pesawat berbadan lebar 777X yang masih belum tersertifikasi hingga 2026, sehingga pesawat itu terlambat sekitar enam tahun dari jadwal.

Baca Juga:

Boeing pada Agustus juga hentikan uji terbang pesawat itu ketika menemukan kerusakan struktural. CEO Boeing Kelly Ortberg menuturkan, Boeing juga akan berhenti membuat pesawat kargo komersial 767 pada 2027 setelah memenuhi pesanan yang tersisa.

"Bisnis kami berada dalam posisi yang sulit, dan sulit hadapi tantangan yang kita hadapi bersama," ujar Ortberg.

Baca Juga:

Ia mengatakan, selain menavigasi lingkungan saat ini, pihaknya memutuskan keputusan sulit untuk memulihkan perusahaan.

Adapun Boeing memiliki 171.000 karyawan di dunia, dan 147.000 berada di Amerika Serikat.

"Kami harus membuat perubahan struktural untuk memastikan kami dapat tetap kompetitif dan memberikan layanan kepada pelanggan kami dalam jangka panjang," ujar dia.

Boeing selama lebih dari lima tahun alami masalah serius dimulai dengan dua kecelakaan fatal pesawat terlarisnya 737 MAX pada 2018 dan 2019 yang akibatkan penghentian operasional jet selama 20 bulan di dunia.

Boeing juga alami kerugian besar pada 2020 saat pandemi Covid-19 menyebabkan hampir terhentinya perjalanan udara dan memaksa maskapai menarik kembali pesanan pesawat baru.

Selain itu, masalah baru adalah pintu pada 737 Max yang diterbangkan oleh Alaska Airline yang terlepas beberapa menit setelah penerbangan pada 5 Januari, meninggalkan lubang di sisi pesawat.

Meskipun pesawat itu dapat mendarat tanpa cedera serius pada penumpang dan awak, hal itu memicu putaran baru penyelidikan federal terhadap keselamatan dan kualitas pesawat Boeing.

Temuan awal dari penyelidikan oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Nasional menemukan pesawat itu telah meninggalkan pabrik Boeing dua bulan sebelumnya tanpa empat baut yang diperlukan untuk menahan sumbat pintu agar tetap pada tempatnya.

Adapun mengutip Channel News Asia, Boeing memiliki utang sekitar USD 60 miliar atau Rp 933,92 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.565) dan membukukan arus kas operasional lebih dari USD 7 miliar pada semester I 2024.

Analis perkirakan Boeing perlu kumpulkan dana antara USD 10 miliar-USD 15 miliar untuk mempertahankan peringkatnya yang sekarang berada satu tingkat di atas peringkat sampah.

Adapun pemutusan hubungan kerja (PHK) dan biaya merupakan langkah paling dramatis hingga kini dari Ortberg yang baru menjabat selama dua bulan di posisi puncak. Ia bertugas mengembalikan Boeing menuju stabilitas setelah krisis keselamatan dan manufaktur, termasuk masalah pintu. Selain itu, mogok kerja masinis juga jadi tantangan lain bagi Ortberg.

Lembaga pemeringkat kredit telah memperingatkan perusahaan tersebut berisiko kehilangan peringkat investasinya, dan Boeing telah menghabiskan uang tunai dalam apa yang diharapkan oleh para pemimpin perusahaan akan menjadi tahun pemulihan.

S&P Global Ratings mengatakan awal minggu ini Boeing merugi lebih dari USD 1 miliar per bulan akibat pemogokan lebih dari 30.000 masinis, yang dimulai pada 13 September setelah masinis menolak kesepakatan sementara yang dicapai perusahaan dengan serikat pekerja.

Editor
: Wilfred Manullang
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru