Minggu, 22 Desember 2024

Hamas - Fatah Berdamai, Israel Marah

Wilfred Manullang - Selasa, 23 Juli 2024 21:41 WIB
313 view
Hamas - Fatah Berdamai, Israel Marah
(AFP/PEDRO PARDO)
Mahmoud al-Aloul, Wakil Ketua Komite Sentral organisasi Palestina dan partai politik Fatah, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, dan Mussa Abu Marzuk, anggota senior gerakan Islam Palestina Hamas, menghadiri acara di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing pada t
Tel Aviv (harianSIB.com)
Faksi Fatah dan Hamas berdamai dan membentuk pembentukan pemerintahan rekonsiliasi atas Jalur Gaza usai perang berakhir nantinya.

Kesepakatan itu disambut Israel dengan kemarahan. Israel menegaskan hal itu tidak akan terwujud karena kekuasaan Hamas akan dihancurkan.

Penegasan itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz, yang juga mengkritik Presiden Palestina, Mahmoud Abbas -- yang berasal dari Fatah, yang disebutnya "merangkul para pembunuh dan pemerkosa dari Hamas".

"Hamas dan Fatah menandatangani perjanjian di China untuk kekuasaan bersama atas Gaza setelah perang. Bukannya menolak terorisme, Mahmoud Abbas malah merangkul para pembunuh dan pemerkosa Hamas, mengungkapkan wajah aslinya," sebut Katz dalam pernyataan via media sosial X dan dilansir Detikcom, Selasa (23/7/2024).

Baca Juga:

"Pada kenyataannya, hal ini tidak akan terjadi karena kekuasaan Hamas akan dihancurkan, dan Abbas akan melihat dari jauh," tegasnya.

Hamas sebelumnya mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan di Beijing, China dengan organisasi-organisasi Palestina lainnya, termasuk saingannya Fatah untuk bekerja sama demi "persatuan nasional".

Baca Juga:

Menlu China Wang Yi, yang menjadi tuan rumah bagi para pejabat senior Hamas, Musa Abu Marzuk, utusan Fatah Mahmud al-Aloul dan utusan dari 12 kelompok Palestina lainnya, mengatakan mereka telah sepakat untuk membentuk "pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara" untuk memerintah Gaza pascaperang.

"Hari ini kami menandatangani perjanjian untuk persatuan nasional dan kami mengatakan bahwa jalan untuk menyelesaikan perjalanan ini adalah persatuan nasional. Kami berkomitmen terhadap persatuan nasional dan kami menyerukannya," kata Abu Marzuk setelah bertemu Wang dan utusan lainnya.

Pengumuman tersebut muncul setelah sembilan bulan perang berkecamuk di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang, sebagian besar adalah warga sipil, menurut data dari kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.

Pertempuran yang tiada henti telah menjerumuskan Jalur Gaza ke dalam krisis kemanusiaan yang parah. (*)

Editor
: Wilfred Manullang
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru