Senin, 30 Desember 2024
Saat Pemilu di Bangladesh Berlangsung

Kamp Pengungsi Rohingya Diduga Dibakar

* 4.000 Pengungsi Kehilangan Tempat Tinggal
Redaksi - Selasa, 09 Januari 2024 09:06 WIB
338 view
Kamp Pengungsi Rohingya Diduga Dibakar
(Foto: REUTERS/Ro Yassin Abdumonab Memperoleh Hak Lisensi)
BERBENAH: Pengungsi Rohingya berbenah membangun kembali tempat penampungan sementara mereka setelah kebakaran terjadi di sebuah kamp di Cox’s Bazar, Bangladesh, Minggu (7/1). 
Dhaka (SIB)
Sekitar 4.000 pengungsi Rohingya di Bangladesh kehilangan tempat tinggal setelah kamp Ukhia di Cox's Bazaar yang mereka huni terbakar pada Minggu (7/1) dini hari waktu setempat, sementara Badan PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) menyebut angka sekitar 7.000 orang.
Komisaris Bantuan dan Repatriasi Pengungsi Bangladesh di Cox's Bazar, Mizanur Rahman, mengatakan, kebakaran menghanguskan hampir 800 shelter yang kebanyakan terbuat dari bambu dan terpal di tenggara Bangladesh. "Sedikitnya 711 shelter terbakar habis dan 63 lainnya rusak sebagian," jelasnya, dikutip dari AFP.
Dia menambahkan bahwa lima pusat pendidikan dan dua masjid di kamp pengungsi Rohingya itu juga hancur. Bangladesh adalah rumah bagi sekitar sejuta warga Rohingya. Banyak di antara mereka adalah penduduk Myanmar yang melarikan diri dari tindakan keras oleh militer pada 2017 yang kini sedang diselidiki oleh PBB.
Rahman menjelaskan, kebakaran tersebut menyebabkan 4.000 orang kehilangan tempat tinggal. Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut dan api telah berhasil dikendalikan. Namun, Rahman menyampaikan, ada dugaan kamp pengungsi Rohingya terbakar kali ini akibat tindakan yang disengaja.
"Kami telah memerintahkan penyelidikan atas kebakaran tersebut. Kami menduga itu adalah tindakan pembakaran," jelas dia Badan pengungsi PBB juga mengatakan, kebakaran besar telah merusak banyak shelter atau tempat penampungan pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Mereka pun menyatakan kesiapan untuk mendukung para pengungsi. Kebakaran di puluhan kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh terbilang biasa terjadi, terutama pada musim kemarau dari bulan November hingga April. Namun, banyak dari kamp-kamp tersebut juga dilanda kekerasan antara kelompok-kelompok Rohingya yang saling bersaing.


Hancur
Kepala pemadam kebakaran setempat Shafiqul Islam mengatakan kepada kantor berita AP bahwa "kebakaran itu sangat besar, dan menghancurkan sekitar 1.040 tempat tinggal di kamp tersebut.”
Selain tempat tinggal, setidaknya 120 fasilitas lainnya, termasuk masjid, pusat-pusat kesehatan hingga pusat pendidikan di kamp pengungsian, mengalami kerusakan parah akibat kebakaran tersebut.
"Kami membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk mengendalikan kobaran api, dengan melibatkan 10 unit pemadam kebakaran dari Ukhiya dan stasiun lainnya di distrik tersebut," tambah Islam.



Curigai
Insiden kebakaran kali ini juga bertepatan dengan berlangsungnya pemilihan umum di Bangladesh pada hari Minggu (7/1).
Sehari sebelum dibukanya pemungutan suara, polisi melaporkan adanya sejumlah kasus dugaan pembakaran di tempat pemungutan suara (TPS) serta insiden terbakarnya satu kereta api penumpang yang menewaskan sedikitnya empat orang.
"Kami telah memerintahkan penyelidikan atas kebakaran [di kamp pengungsi] itu," kata Rahman, seraya menambahkan bahwa, "kami menduga itu adalah tindakan kasus pembakaran."
Sementara UNHCR mengatakan, "penyebab kebakaran hingga saat ini masih belum diketahui, dan kami diyakinkan oleh pihak berwenang pemerintah bahwa penyelidikan atas penyebab kebakaran itu akan segera dilakukan.”
Kebakaran sudah sering terjadi di kawasan padat bangunan di kamp pengungsi Cox's Bazar tersebut. Hampir satu juta pengungsi Rohingya tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak dan terbuat dari bambu serta plastik yang sangat mudah terbakar.
Pada tahun 2021 silam, satu kasus kebakaran menewaskan sekitar 15 pengungsi. Bahkan kebakaran pada tahun 2023 lalu menyebabkan sekitar 12.000 pengungsi kehilangan tempat tinggal. Sebuah panel investigasi menyebut kasus tersebut sebagai "tindakan sabotase yang terencana".
Polisi mengatakan, keamanan di kamp-kamp tersebut telah memburuk, dengan lebih dari 60 pengungsi terbunuh dalam perang saudara dan bentrokan terkait narkoba tahun lalu, jumlah tertinggi yang pernah tercatat. Pada Maret 2023, kebakaran di kamp Kutupalong -salah satu pemukiman pengungsi terbesar di dunia- menghancurkan 2.000 tempat tinggal.
Dua tahun sebelumnya, sedikitnya 15 orang Rohingya terbunuh dan 50.000 pengungsi lainnya kehilangan tempat tinggal setelah kebakaran di kamp yang sama.


Baca Juga:


Terpilih Lagi
Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Petahana Bangladesh, Sheikh Hasina, memenangkan pemilihan umum (pemilu) untuk kelima kalinya pada Minggu (7/1) di tengah berbagai kontroversi yang mewarnai pemilu. Hasina dan partainya, Awami League (AL), memenangkan suara mayoritas absolut dalam pemilu tersebut.
Meski begitu, Komisi Pemilu Bangladesh (EC) mengatakan suara yang masuk dan sah hanya terhitung 40 persen dari total pemilih. Jumlah ini sangat rendah dibandingkan pemilu 2018 yang mencapai 80 persen suara. AL meraup 167 persen kursi dari total 227 kursi di pemilu.
Sementara itu, sejumlah kandidat PM dari partai independen berada di posisi kedua dengan total 63 suara. Di sisi lain, kandidat dari oposisi pemerintah yakni Partai Jatiya hanya meraup 11 suara menurut EC. Seluruh kandidat PM yang berasal dari independen ini adalah orang-orang yang pernah ditolak AL.
Hampir seluruh kandidat PM independen ini diminta oleh para partai pengusung mereka untuk mencalonkan diri sebagai "kandidat formalitas" hanya untuk memberikan kesan kompetitif dalam pemilu kali ini di hadapan dunia. "Ini adalah hasil pemilu yang aneh," ucap seorang aktivis hak asasi manusia dan fotografer terkenal, Shahidul Alam, kepada Al Jazeera. "Kandidat palsu dalam pemilu sekarang akan menghasilkan keputusan parlemen palsu," paparnya menambahkan.
Pemilu kali ini juga diboikot oleh oposisi utama pemerintahan Hasina, Partai Nasionalis Bangladesh (BNP). Pada November lalu, BNP menyerukan boikot pemilu hingga pemerintah mengecap oposisi sebagai teroris. "Saya tidak tahu tentang daerah lain di negara ini, tapi saya rasa saya belum pernah melihat Dhaka yang sepi selama bertahun-tahun," kata Abdullah Yusuf, seorang insinyur di daerah Dhanmondi di ibu kota, seperti dilansir dari Al Jazeera, Senin (8/1).
"Rasanya seperti hari-hari awal Covid-19. Saya melintasi dua TPS pada tengah hari dan tidak melihat banyak orang selain pendukung AL yang memakai lencana. Klaim Komisi Eropa sebesar 40 persen sangat tidak masuk akal," paparnya menambahkan.
Selain diwarnai boikot, pemilu kali ini juga diwarnai insiden kekerasan hingga teror yakni ledakan di sejumlah tempat. Salah satunya pembakaran kereta penumpang, Benapole Express tujuan Dhaka, yang membuat empat penumpang tewas pada Jumat (5/1) lalu.
Seorang pejabat di kantor polisi Wari mengatakan polisi mencurigai adanya sabotase dan baru bisa memastikan penyebab kebakaran usai penyelidikan dilakukan.
Mengutip dari media lokal Bangladesh, The Daily Star, sedikitnya ada lebih dari seratus bom molotov diledakkan di beberapa tempat di kota Habiganj. Polisi menduga aksi itu dilakukan aktivis BNP untuk memboikot pemilu dengan menimbulkan ketakutan warga ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Pejabat polisi di Habiganj, Hasibul Islam, mengatakan diduga aktivis BNP juga menyerang kantor pemenangan pemilu AL dan juga membakar dua sepeda motor. (**)


Baca Juga:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru