Minggu, 22 Desember 2024
AS Prioritaskan Krisis Kemanusiaan di Gaza

Israel Ingatkan Warga Palestina: Jangan Mau Dijebak Hamas

* Arab Saudi Tunda Pembicaraan Normalisasi Hubungan dengan Israel
Redaksi - Senin, 16 Oktober 2023 08:50 WIB
587 view
Israel Ingatkan Warga Palestina: Jangan Mau Dijebak Hamas
(AFP/JACK GUEZ)
Militer Israel bersiap menyerbu Jalur Gaza. 
Washington DC (SIB)
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut bahwa krisis kemanusiaan yang kini terjadi di Jalur Gaza, yang terus digempur oleh Israel, menjadi prioritas. Namun Biden juga kembali menegaskan dukungannya untuk Israel yang sepekan lalu diserang oleh Hamas secara mengejutkan.
Seperti dilansir Al Jazeera dan AFP, Sabtu (14/10), pemerintahan Biden menuai kritikan karena tidak mengambil sikap lebih tegas dalam mendesak Israel, sekutu dekatnya, untuk menahan diri. Dalam sepekan terakhir, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas.
Kritikan juga menghujani pemerintahan Biden yang tidak memberikan komentar apa pun terhadap seruan Israel agar seluruh warga sipil meninggalkan wilayah Jalur Gaza bagian utara dan bergerak ke wilayah selatan, menjelang terjadinya serangan darat oleh pasukan Tel Aviv.
Seruan Israel itu dianggap oleh Arab Saudi, sebagai “pengusiran paksa” warga Palestina dari Jalur Gaza, dan dikecam keras oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi-organisasi internasional lainnya. Biden, dalam pernyataan kepada wartawan pada Jumat (13/10) waktu setempat, menegaskan bahwa mengatasi krisis kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza adalah prioritas.
"Kita tidak bisa melupakan fakta bahwa mayoritas warga Palestina tidak ada hubungannya dengan Hamas dan serangan-serangan mengerikan yang dilakukan Hamas, dan mereka juga menderita sebagai akibatnya," ucap Biden dalam pernyataannya. "Ini juga menjadi prioritas bagi saya untuk segera mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza," ujarnya.
"Atas arahan saya, tim kami bekerja di kawasan tersebut, termasuk berkomunikasi langsung dengan pemerintah Israel, Mesir, Yordania, dan negara-negara Arab lainnya, serta PBB untuk meningkatkan dukungan," jelas Biden.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken sebelumnya mengatakan bahwa AS sedang bekerja sama dengan mitra-mitra regionalnya dalam upaya menciptakan zona aman di wilayah Jalur Gaza. Kendati demikian, Biden kembali menegaskan dukungan kuat untuk Israel. "Kami memastikan Israel memiliki apa yang dibutuhkannya untuk mempertahankan diri dan merespons serangan-serangan ini," sebutnya.
Perang antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama tujuh hari. Ribuan orang dilaporkan tewas, baik di pihak Israel dan Palestina yang sebagian besar merupakan warga sipil dan anak-anak. Tidak hanya warga Israel, banyak warga negara asing juga tewas dalam serangan Hamas.


Jangan Mau Dijebak Hamas
Sementara itu, pihak militer Israel (Israel Defense Forces/IDF) memerintahkan warga Jalur Gaza agar segera meninggalkan wilayah utara dan mengungsi menuju dekat perbatasan Mesir di sebelah selatan. Juru bicara IDF Letkol Jonathan Conricus menegaskan kepada warga Gaza untuk tidak jatuh ke perangkap Hamas, selaku kelompok militan Palestina yang saat ini menguasai wilayah tersebut.
"Bawa barang-barang Anda, pergi ke selatan. Lindungi nyawa Anda, dan jangan mau jatuh ke dalam jebakan yang diatur oleh Hamas," kata Conricus mengimbau warga sipil yang mendiami kawasan Gaza, seperti diberitakan oleh CNN, Minggu (15/10).
Conricus mengatakan, pihak IDF tidak akan mengubah rencana mereka melancarkan operasi militer besar-besaran ke wilayah Gaza untuk menyerang pihak Hamas. Namun, Conricus memastikan bahwa penyerangan tersebut tidak akan dilakukan hingga seluruh warga sipil Gaza telah meninggalkan pusat konsentrasi konflik. "Hal yang penting untuk difokuskan di sini adalah kami akan memulai operasi militer signifikan hanya setelah kami melihat bahwa warga sipil telah meninggalkan wilayah ini," kata Letkol Jonathan Conricus.
Conricus menyatakan, pihak IDF telah memberikan waktu lebih dari cukup untuk pemberlakuan proses evakuasi itu. Meski begitu, tidak seluruh warga Gaza segera berpindah ke selatan. Oleh karena itu, ia meminta setiap warga sipil Gaza mengindahkan perintah IDF agar tidak menjadi korban peperangan antara Israel melawan Hamas.
"Orang-orang di Gaza tahu bahwa kami sudah sangat, sangat murah hati dengan waktu. Kami telah memberikan peringatan yang cukup, lebih dari 25 jam. Saya tidak bisa lagi cukup menekankan untuk mengatakan bahwa sekarang adalah saatnya bagi warga Gaza untuk pergi," tegas Conricus.
Di sisi lain, seorang warga Gaza melaporkan kepada CNN bahwa wilayah sebelah selatan Gaza menjadi semakin padat dan terlalu sesak oleh gelombang pengungsi dari sebelah utara. Pasal, lebih setengah dari 2 juta warga sipil Gaza dari sebelah utara telah berpindah menuju selatan. Banyak di antara mereka berdesakan di wilayah yang hanya memiliki luas 140 mil persegi tersebut.
Namun, menurut Conricus, saat ini wilayah Jalur Gaza sudah dipenuhi oleh ratusan ribu unit cadangan Israel yang sudah bersiaga untuk menjalankan berbagai misi dan operasi. "Tantangan dan misi kami adalah menyiagakan lebih dari 360.000 pasukan cadangan, baik di selatan maupun di utara," jelas Conricus. "Kami menyiapkan mereka untuk menjalankan misi, dipersenjatai, diberikan tugas dan siap bertugas untuk setiap perintah apa pun di masa depan," tambahnya.
Mengutip CNN, militer Israel menyatakan telah mempersiapkan Fase Lanjutan ke Gaza usai ultimatum 6 jam mengungsi selesai. Serangan fase lanjutan itu adalah gempuran dari seluruh front--udara, laut, dan darat--dengan operasi di darat secara signifikan untuk memburu milisi Hamas di Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun sudah mengunjungi prajuritnya yang berada di luar Jalur Gaza dan menegaskan untuk mempersiapkan "fase selanjutnya."
Dalam pernyataannya, militer Israel menegaskan telah merencanakan operasi yang lebih luas ke Gaza untuk memburu milisi Hamas. “Berbagai batalyon dan pasukan militer dikerahkan di seluruh Israel sebagai persiapan untuk meningkatkan tingkat kesiapan dan persiapan untuk tahap perang selanjutnya, terutama operasi darat besar-besaran," demikian pernyataan IDF seperti dilansir dari Aljazeera.
Namun, merespons ancaman IDF, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menyatakan rakyat Palestina baik di Tepi Barat maupun di Gaza tidak akan meninggalkan tempat mereka. "Keputusan kami adalah tetap di dalam tanah air kami," kata Haniyeh yang juga merujuk ke Mesir didorong jadi tujuan mengungsi warga Palestina seperti dilansir dari Reuters, Minggu (15/10) dini hari WIB.
Perang Israel dan Palestina telah berlangsung sepekan terakhir. IDF membombardir Gaza setelah milisi Hamas melakukan manuver ke dalam wilayah Israel sebelumnya.


Tunda Pembicaraan
Sementara itu, Arab Saudi memutuskan menunda pembicaraan normalisasi hubungan dengan Israel. Penundaan itu dilakukan saat perang terus berkecamuk antara Israel dan Hamas hingga memicu kehancuran parah di Jalur Gaza.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (14/10), Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel pada Sabtu (7/10) lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.300 orang dan melukai ribuan orang lainnya.
Israel lantas melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas, dengan Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan sedikitnya 1.900 tewas dan melukai lebih dari 7.000 orang lainnya. Bahkan Israel diperkirakan tengah mempersiapkan serangan darat terhadap Jalur Gaza. Di tengah situasi konflik tersebut, Saudi yang menyatakan dukungan untuk Palestina memutuskan menunda pembicaraan normalisasi dengan Israel, yang selama ini berlangsung dengan dimediasi oleh Amerika Serikat (AS).
"Arab Saudi telah memutuskan menghentikan diskusi mengenai kemungkinan normalisasi dan telah memberitahu para pejabat AS," tutur seorang sumber yang memahami diskusi tersebut kepada AFP.
Selama beberapa minggu sebelum situasi memanas di Jalur Gaza, Saudi berbicara soal kemajuan dalam upaya diplomasi yang dipimpin oleh AS untuk menormalisasi hubungan dengan Israel -- yang akan menjadi langkah penting bagi kerajaan yang menjaga dua situs paling suci umat Muslim tersebut.
Namun Riyadh menyuarakan kegelisahan yang meningkat soal nasib warga Palestina di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, di mana Israel melancarkan ribuan serangan udara dan memerintahkan evakuasi di bagian utara wilayah tersebut yang membuat ribuan orang mengungsi.
Pada Jumat (13/10) waktu setempat, Saudi mengecam keras seruan Israel yang meminta warga Palestina meninggalkan Gaza dan mengutuk serangan berkelanjutan terhadap warga sipil yang tidak berdaya. Ini menjadi kecaman paling kuat dari Riyadh sejak perang meletus antara Israel dan Hamas.
"Kerajaan Arab Saudi menegaskan penolakan tegas terhadap seruan pengusiran paksa warga Palestina dari Gaza, dan menegaskan kecamannya atas penargetan secara terus-menerus terhadap warga sipil yang tidak berdaya di sana," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi. (**)


Baca Juga:


Baca Juga:
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru