Rabu, 15 Januari 2025

Lebanon di Ambang Krisis, Parlemen 12 Kali Gagal Pilih Presiden

Redaksi - Jumat, 16 Juni 2023 10:07 WIB
210 view
Lebanon di Ambang Krisis, Parlemen 12 Kali Gagal Pilih Presiden
Reuters/Goran Tomasevic
Demonstran mengibarkan bendera Lebanon saat melakukan protes di daerah pelabuhan Beirut, Lebanon pada 11 Agustus 2020. Ilustrasi
Jakarta (SIB)
Parlemen Lebanon untuk ke-12 kalinya gagal memilih presiden, untuk memilih pengganti mantan Presiden Michel Aoun yang masa jabatannya telah berakhir Oktober 2022 lalu. Hal ini membuat negara Timur Tengah ini berada di jurang krisis.
Dua rival utama dalam pemilihan presiden Lebanon adalah mantan menteri keuangan dan pejabat senior Dana Moneter Internasional (IMF) Jihad Azour, dengan pemimpin Partai Marada Sleiman Frangieh.
Dilansir Al Jazeera, ini adalah kali ke-12 aliansi Hizbullah memilih keluar dari parlemen sebelum memutuskan presiden baru Lebanon.
Kegagalan kesepakatan disebabkan perpecahan kelompok berkuasa Hizbullah dengan koalisi Kristen. Berdasarkan pembagian kekuasaan di Lebanon, jabatan presiden diperuntukkan bagi Kristen Maronit.
Partai-partai kristen di parlemen Lebanon mendukung Jihad Azour sebagai presiden, sementara kandidat Sleiman Frangieh didukung kubu Hizbullah.
"Hizbullah bersikeras mereka tidak akan menerima kandidat dari oposisi [Jihad Azour], menyebutnya sebagai kandidat konftrontatif," demikian laporan Al Jazeera.
Parlemen Lebanon membutuhkan 86 dari 128 anggota parlemen, atau dua pertiga dari total anggota, untuk memilih presiden baru pada putaran pertama pemilu.
Jihad Azour yang didukung oposisi menang tipis dari lawannya dengan mendapatkan 59 suara. Sedangkan Sleiman Frangieh yang didukung Hizbullah, mendapatkan 51 suara.
Lebanon memiliki sistem yang kompleks berdasarkan Pakta Nasional. Kesepakatan tidak tertulis ini disepakati antara blok politik yang pertama kali dilakukan pada tahun 1943, untuk menetapkan representasi berdasarkan agama dan pembagian kekuasaan.
Berdasarkan pakta itu, presiden dan panglima tentara harus lah seorang Kristen Maronit, sedangkan perdana menteri harus Muslim Sunni, sementara ketua parlemen dipegang Muslim Syiah.
Posisi wakil ketua parlemen dan wakil perdana menteri dipegang oleh Kristen Ortodoks Yunani, dan kepala angkatan bersenjata dari staf umum angkatan bersenjata selalu Druze.
Anggota parlemen Syiah sebagian besar mendukung Frangieh, yang merupakan kandidat pilihan Hizbullah, sementara Azour didukung oleh mayoritas legislator Druze. (CNNI/a)



Baca Juga:
Sumber
: Koran SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru