Medan (SIB)
Gembala Senior Christ of Grace Church, Ps Ev Rajamin Sirait MA meminta agamawan harus seirama, menolak politik identitas di Tanah Air.
Praktik sedemikian telah berdampak pada kehidupan berbangsa bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Pilkada Jakarta dan Pilpres 2014 yang kental politik identitas sudah memosisikan pengkotakan di Tanah Air. Sampai saat ini. Itu sebabnya, tolak politik kebangsaan yang memrioritaskan SARA, utamakan program kerja,” ujarnya di Medan, Senin (28/11), seusai pertemuan dengan sejumlah pimpinan organisasi kemasyarakatan pemuda di kompleks gereja yang digembalakannya di Jalan Raja Sisingamangaraja XII - Kompl Pool PMH - Medan.
Ia menunjuk pada aksi bertendensi intoleransi yang dilakukan oknum pengurus organisasi berlatar agama saat menyikapi bantuan untuk korban gempa Cianjur di tengah pengungsian korban.
“Wajar, si pemberi bantuan melabelkan nama organisasinya pada bantuannya. Tapi karena ada unsur identitas, langsung dibersihkan. Itu sama artinya, oknum pengurus organisasi tersebut tidak menerima tanda kasih dan cinta orang yang berempati pada korban,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, viral di media sosial aksi oknum pengurus organisasi berlatar agama yang mencopot tulisan yang tertempel di tenda bantuan organisasi yang dihuni para pengungsi korban gempa Cianjur. Aksi tersebut mendapat penilaian miring Gubernur Ridwal Kamil. Aparat pun menyidiknya.
“Saya sebagai orang Kristen, mengikuti nats 6:23. Saya rinci, ya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu... artinya berilah dengan suka cita dan ikhlas tanpa pamrih. Tetapi, kecenderungan saat ini, tangan kanan memberi, tangan kiri mengabadikan. Selfie,” jelasnya.
Ps Ev Rajamin Sirait merinci, di wilayah pengungsian korban gempa Cianjur, satu agama sangat dominan hingga oknum anggota organisasi risih dengan adanya tulisan seperti itu.
“Tetapi saya pastikan, tak ada agama yang mengajarkan benih intoleransi. Apalagi sampai permusuhan. Semua itu terjadi karena kehidupan didominasi politik duniawi. Itulah kenapa kita harus memberangus politik identitas. Cara itu yang harus dibersihkan,” simpulnya.
Ia menunjuk aksi PMI ke mana pun dan saat manapun. Atau BNPB yang bekerja tak kenal lelah. “Bantuan BNPB dan PMI, kan tidak ditanya agamanya apa. Atau diterakan bantuan dari agama apa. Warga harus memahami hal tersebut,” tegasnya.
“Karenanya harus diingatkan untuk diamalkan, NKRI ini berideologi Pancasila yang hidup dalam Bhinneka Tunggal Ika. Jangan rasa suka dan empati orang-orang yang ingin membantu serta merta didekatkan dengan sinisme. Mari kita kikis dan tolak politik identitas tersebut,” tutupnya. (R10/c)