Minggu, 08 September 2024

Polisi Selidiki Dugaan Siswi SMAN Sragen Ditegur Guru soal Tak Berjilbab

Redaksi - Jumat, 11 November 2022 10:01 WIB
365 view
Polisi Selidiki Dugaan Siswi SMAN Sragen Ditegur Guru soal Tak Berjilbab
(Foto: dok. Istimewa)
Agung Purnomo mengadu ke Polres Sragen soal anaknya yang ditegur guru gegara tak berjilbab.
Jakarta (SIB)
Guru matematika SMAN 1 Sumberlawang, Kabupaten Sragen, bernama Suwarno (54) menegur salah satu siswi berinisial S (15) karena tak memakai jilbab.

Orang tua S, Agung Purnomo (47), lantas mengadukan perlakuan Suwarno ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sragen, Kapolres Sragen AKBP Piter Yanottama menjelaskan, sesuai dengan aturan, aduan itu nanti akan diproses oleh anggotanya. Aduan tersebut akan dilihat pelanggaran hukum dan proses penyelesaiannya.

"Alurnya, begitu pengaduan nanti di asesmen Reskrim. Nanti seperti apa. Apakah ada pelanggaran hukum, atau restorative justice," kata Piter saat dimintai konfirmasi.

Piter saat ini belum mendapatkan laporan terkini soal tindak lanjut aduan pada Rabu (9/11) tersebut. Dia akan mengecek lebih dulu ke Satreskrim.

Terpisah, Agung Purnomo mengatakan aduan itu dilayangkan agar pihak kepolisian bisa menjadi penengah atas kejadian yang menimpa anaknya tersebut.

"Saya berpikir saya harus ke kepolisian. Bukan masalah mau melakukan penegakan atau penindakan hukum minta polisi seperti itu, tidak. Polisi sahabat masyarakat yang selalu melayani kapan pun dan di mana pun berada, dari sisi situ saya masuk. Semoga nantinya kepolisian jadi mediator di tengah," kata Agung.

Gemetar
Agung Purnomo mengungkap kondisi anaknya. Agung menyebut anaknya gemetar ketakutan saat ditegur guru gegara tak berjilbab.

"Informasi (dari) anak saya, di sekolah ada jeda tercipta antara anak yang berkerudung dan tidak, itu diperparah dengan ketidaksiapan pendidik. Saya yakin arahan yang diberikan kepada anak saya itu arahan yang baik sesuai dengan syariat yang dianut oleh anak kami, kebetulan kami juga muslim," kata Agung.

Agung menyebut anaknya ditegur karena tak berjilbab oleh guru matematika dengan cara yang kurang tepat. Menurutnya, S ditegur di tengah pelajaran matematika, di depan seluruh teman sekelasnya.

"Cuma waktu tempat dan caranya yang mungkin kurang tepat, anak kami ditanya agamanya apa, sudah salat belum dengan segala nada tinggi di depan teman-teman segitu banyak kan ada mungkin krisis kepercayaan diri, malu atau ketidaknyamanan yang tercipta di situ," ucapnya.

Ditegur di depan kelas, kata Agung, membuat anaknya ketakutan. Ironisnya, saat minta izin pulang, anaknya justru mendapat teguran oleh guru yang lain.

"Terus akhirnya anak saya sampai ketakutan sampai gemetar, waktu mau minta izin pulang, anak saya satunya ditanyai oleh guru lain cewek, ditanyain 'agamanya apa? kenapa nggak berjilbab? berarti belum dapat hidayah dong'," ujar Agung.

Bully
Namun teguran itu lebih ke arah bullying.
"Anak saya di sana kebetulan tidak berkerudung. Ada (oknum) guru yang memarahi dia, dan cenderung ke arah bullying," kata Agung, Rabu (9/11).

Agung mengaku tak masalah jika putrinya tersebut dinasihati karena melanggar aturan sekolah. Tetapi, menurutnya, peristiwa ini cenderung lebih mengarah ke perundungan.

"Pada dasarnya, kalau seorang guru, edukasinya harusnya memang takaran etika dan normanya kan objektif. Tapi edukasi yang diberikan sudah menyisipkan subjektivitas seorang guru di situ," katanya.

Selanjutnya, Agung mengaku kecewa atas tindakan oknum guru tersebut. Pasalnya, aturan wajib berjilbab tidak ada pada aturan sekolah itu.

"Sekolah negeri yang harusnya ada aturannya, dan saya yakin idealnya itu sudah diatur dalam perundangan, bahwa sekolah menyediakan ruang kebinekaan seluas-luasnya. Toleransi dan perbedaan tinggi sebagai budaya kita," ucapnya.

Minta Maaf
Sementara itu, guru Suwarno, meminta maaf usai disebut memarahi murid yang tak memakai jilbab. Dia juga mengklarifikasi setelah diadukan salah satu orang tua muridnya ke Polres Sragen karena diduga melakukan perundungan.
Masalah ini bermula ketika Suwarno disebut meminta salah satu siswinya yang masih duduk di kelas X memakai jilbab. Dia menyampaikan itu saat jam pelajarannya di depan kelas pada Kamis (3/11).

"Saya sampaikan secara umum di kelas supaya anak yang lain tahu. Memakai jilbab bukan karena pakaian budaya atau patut-patutan. Tapi memakai jilbab itu karena perintah Allah. Jadi memakai jilbab itu perintah Allah, bukan karena perintah gurunya. Saya ingin anak-anak memakai jilbab dengan kesadaran diri, dengan ikhlas, tidak dipaksa dan tidak ditekan. Saya menyampaikannya seperti itu," kata dia saat ditemui di SMAN 1 Sumeberlawang.

Dia mengatakan maksud penyampaiannya itu hanya sebatas memberi nasihat dari guru kepada muridnya. Dia tidak berniat memaksa, apalagi melakukan perundungan.

"Karena ada satu anak yang belum memakai jilbab itu tadi. Tapi sebelumnya saya tidak pernah menyampaikan itu. Tapi karena ada anak yang malu ke masjid tidak jilbaban itu, saya menyampaikan secara spontanitas," ujarnya.
Karena adanya keberatan dari orang tua siswi tersebut di atas, Suwarno mengaku sudah bertemu dan meminta maaf kepada keluarga siswi itu.

"Sudah, hari itu langsung menemui kedua orang tuanya di rumahnya. Sudah minta maaf. Menyadari, saya guru biasa, bukan malaikat, jadi suatu saat khilaf atau lalai itu wajar," ujarnya. (detikcom/d)





Sumber
: Koran SIB
SHARE:
komentar
beritaTerbaru