Jakarta (SIB)- Lonjakan harga pangan menjelang lebaran Idul Fitri bukan hanya terjadi satu atau dua tahun ke belakang, akan tetapi sudah sejak lama.
Lebih parahnya, ini terjadi hanya di Indonesia.
Demikian diungkapkan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Suharso Manoarfa, usai rapat koordinasi di kantornya, Jakarta, Jumat (27/5).
"Watimpres melihat kita ini hanya satu-satunya negara yang menghadapi gejolak seperti ini kalau menjelang puasa dan Lebaran," jelasnya.
Banyak negara dengan mayoritas muslim di dunia yang juga melakukan aktivitas yang hampir sama saat Lebaran. Salah satunya adalah negara tetangga, Malaysia. Namun kenaikan harga yang terjadi tidak signifikan.
"Ada negara Islam lainnya menghadapi yang sama (Puasa dan Lebaran), tetapi tidak seperti kita di sini," ungkap Sunarso.
Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Benny Pasaribu, menambahkan pada negara lain kenaikan harga yang terjadi hanya berkisar 5%. Seiring dengan peningkatan permintaan yang juga diimbangi dengan kesiapan pasokan oleh pemerintah.
"Paling naiknya itu tidak lebih dari 5%. Kalau Indonesia sudah puluhan tahun menjelang lebaran naiknya begini besar," terang Benny pada kesempatan yang sama.
Paling Butuh Diimpor
Sementara itu, pemerintah sudah membuka keran impor 10.000 ton daging beku, untuk bisa menekan harga menjelang lebaran. Daging menjadi bahan pangan yang paling dibutuhkan untuk diimpor jelang Ramadan dan Lebaran.
Demikian disampaikan oleh Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK), di kantor Wapres, Jakarta.
"Ya daging (paling butuh diimpor)," ujar JK.
Menurut JK, daging paling butuh untuk diimpor karena kebutuhan masyarakat untuk bahan pangan ini tinggi saat puasa dan lebaran.
"Kalau bulan Ramadan orang tidak butuh beras banyak. Malah kurang kan karena hanya dua kali makan daripada sebulan tiga kali kan. Yang tiba-tiba naik itu yang dibutuhkan bersamaan kayak telur, ayam, daging. Tiba-tiba orang-orang bikin sama-sama daging, semur. Itukan bersamaan yang tidak bisa disimpan lama," papar JK.
JK mengatakan, sudah puluhan tahun fenomena kenaikan harga pangan terjadi menjelang puasa dan lebaran. Karena secara tiba-tiba kebutuhan terhadap bahan pangan naik drastis.
"Kadang-kadang naik juga semacam sayur-sayur naik karena waktu tiba-tiba mendadak itu orang-orang seluruh Indonesia berpesta," jelas JK. (detikfinance/h)