Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 02 Juli 2025

Inflasi Sumatera Akhir Tahun 2020 Relatif akan Melambat

Redaksi - Jumat, 03 Juli 2020 18:34 WIB
352 view
Inflasi Sumatera Akhir Tahun 2020 Relatif akan Melambat
sumutcyber.com
Wiwiek Sisto, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara 
Medan (SIB)
Penyebaran Covid-19 menjadi penyebab menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020, diprakirakan akan berada di kisaran 0,9% â€" 1,9%, dan kembali meningkat pada kisaran 5,0% â€" 6,0% di tahun 2021 nanti.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat saat melauncing Sumateranomic.com via zoom meeting, Rabu (1/7).

Kegiatan itu bekerjasama dengan Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi Sumut dengan tema “Strategi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Untuk Mendukung Pemulihan dan Percepatan Pertumbuhan Perekonomian Indonesia Dalam Era New Normal".

Wiwiek juga menyampaikan, hingga akhir tahun 2020 ini, pertumbuhan ekonomi akan melambat sejalan dengan dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan resesi ekonomi dunia dan deselerasi domestic demand secara keseluruhan.

Disebutnya, yang menjadi faktor penahanan pertumbuhan ekonomi tersebut ada di sektor konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah, dimana kurang optimalnya Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya pajak terkait usaha pariwisata. Meski demikian, Pemda akan tetap mengoptimalkan realisasi belanja dalam rangka penanganan Covid-19, sehingga perlambatan tidak semakin dalam.

Kemudian di sektor investasi dan Lapangan Usaha (LU) konstruksi, net ekspor, pertanian, tambang, industri pengolahan serta LU perdagangan.

Untuk prospek inflasi tahun 2020, ia juga menjelaskan kalau inflasi Sumatera pada akhir tahun 2020 diprakirakan relatif akan melambat dibandingkan dengan tahun 2019. Meski demikian, beberapa komoditas tetap perlu diperhatikan karena tetap akan mengalami kenaikan inflasi terutama rokok dan emas perhiasan.

Sedangkan harga bahan makanan diprakirakan masih mengalami inflasi namun relatif sedikit melambat dibandingkan 2019 seiring kemarau yang normal.

Risiko (upside risk) terhadap inflasi yakni transmisi kenaikan cukai dan HJE rokok yang melebihi transmisi historis dapat menyebabkan harga berbagai jenis rokok meningkat lebih tinggi lagi.

Penyesuaian tarif transportasi online dari penyedia jasa di luar prakiraan sebelumnya dapat menambah tekanan bagi inflasi, Anomali cuaca, khususnya curah hujan dengan intensitas yang lebih tinggi dari historis, berisiko meningkatkan inflasi bahan makanan.
Kemudian kondisi ekonomi global yang berisiko semakin tidak menentu dapat menambah tekanan pada inflasi emas perhiasan,” imbuhnya. (M2/d)

SHARE:
komentar
beritaTerbaru